Overlapping Consensus: Resep John Rawls untuk Harmoni di Dunia Pluralis

Political Liberalism By Rawls
Sumber :
  • Tangkapan layar

Jakarta, WISATA - Dunia saat ini dipenuhi oleh berbagai macam keyakinan, agama, dan pandangan hidup yang sering kali bertolak belakang. Pluralisme ini, meskipun memperkaya budaya dan pemikiran, juga membawa tantangan besar berupa konflik sosial dan politik. John Rawls, seorang filsuf politik terkenal, menawarkan solusi yang disebut overlapping consensus (konsensus yang saling bertumpang tindih). Konsep ini menjadi resep penting untuk menciptakan harmoni di tengah dunia yang pluralis. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan overlapping consensus, dan bagaimana konsep ini dapat diterapkan?

Mengenal Konsep Overlapping Consensus
Dalam bukunya Political Liberalism (1993), Rawls memperkenalkan overlapping consensus sebagai kerangka untuk memastikan stabilitas di masyarakat yang pluralis. Ia berargumen bahwa masyarakat dapat mencapai harmoni meskipun memiliki keyakinan dan prinsip moral yang berbeda, selama mereka sepakat pada prinsip dasar keadilan untuk mengatur kehidupan bersama.

Dalam konteks ini, overlapping consensus adalah persetujuan antar kelompok yang berbeda atas nilai-nilai dasar keadilan, meskipun alasan di balik persetujuan tersebut mungkin berasal dari keyakinan atau pandangan hidup yang berbeda. Sebagai contoh, umat beragama, kaum sekuler, dan kelompok budaya lainnya mungkin memiliki landasan berbeda untuk mendukung hak asasi manusia, tetapi mereka semua dapat menyepakati pentingnya hak tersebut demi keberlangsungan masyarakat.

Mengapa Overlapping Consensus Penting?
Pluralisme dapat menjadi tantangan berat bagi stabilitas politik dan sosial. Dalam dunia yang terfragmentasi oleh perbedaan ideologi, overlapping consensus memberikan dasar untuk kerjasama tanpa memaksa kelompok tertentu mengorbankan identitas mereka.

Hal ini relevan, terutama dalam situasi di mana konflik sering kali muncul dari upaya memaksakan nilai-nilai tertentu pada semua orang. Dengan overlapping consensus, Rawls menunjukkan bahwa harmoni hanya bisa dicapai jika masyarakat fokus pada nilai-nilai yang dapat diterima bersama tanpa menghilangkan keragaman individu dan kelompok.

Penerapan di Dunia Nyata
Di berbagai negara demokrasi, prinsip overlapping consensus telah menjadi dasar untuk mengelola perbedaan. Misalnya, di Indonesia, Pancasila berperan sebagai overlapping consensus yang mempersatukan berbagai agama, suku, dan budaya. Meski keyakinan masyarakat sangat beragam, Pancasila menjadi fondasi nilai-nilai dasar seperti keadilan sosial, kemanusiaan, dan persatuan.

Di dunia internasional, Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bisa dianggap sebagai bentuk lain dari overlapping consensus. Negara-negara dengan ideologi politik yang berbeda sepakat untuk mendukung hak asasi manusia, perdamaian, dan pembangunan berkelanjutan sebagai nilai-nilai universal.

Tantangan Overlapping Consensus
Meskipun menjanjikan, overlapping consensus tidak mudah diwujudkan. Salah satu tantangannya adalah sikap eksklusif dan intoleransi dari kelompok tertentu yang merasa nilai-nilainya lebih superior. Selain itu, manipulasi politik dan polarisasi sering kali memperburuk hubungan antar kelompok.

Namun, Rawls percaya bahwa pendidikan politik dan dialog antar kelompok dapat memperkuat overlapping consensus. Dengan memahami bahwa perbedaan tidak selalu menjadi ancaman, masyarakat dapat membangun harmoni yang lebih kuat.

Dalam dunia pluralis yang penuh tantangan, overlapping consensus adalah resep penting untuk menciptakan harmoni. John Rawls menunjukkan bahwa meskipun masyarakat memiliki keyakinan yang berbeda, mereka tetap bisa sepakat pada nilai-nilai dasar yang menjamin keadilan dan keberlanjutan sosial. Jika diterapkan dengan baik, konsep ini dapat menjadi pondasi bagi dunia yang lebih damai dan inklusif.