Mengapa Obat-obatan Tidak Boleh Diminum dengan Susu? Ini Jawabannya

Susu dan Produk Susu
Sumber :
  • pixabay

Malang, WISATA – Anda mungkin pernah mendengar bahwa beberapa makanan dan minuman, seperti jeruk bali dan alkohol, tidak boleh dikonsumsi bersama obat-obatan tertentu. Namun tahukah Anda bahwa produk susu dapat membuat beberapa obat menjadi kurang efektif?

Efek ini khususnya bermasalah untuk golongan antibiotik tertentu, yaitu obat yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Antibiotik yang diminum dalam bentuk pil atau cairan, perlu diserap ke dalam aliran darah agar bekerja secara efektif. Namun, jika diminum bersama produk susu, seperti susu, keju atau yogurt, beberapa antibiotik tidak diserap sebagaimana mestinya.

Hasil penelitian yang dikutip dari Live Science menyebutkan suatu antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri pada saluran pernapasan seperti pneumonia, efektivitasnya akan turun 83% bila diminum dengan susu. Penelitian lain menyebutkan suatu antibiotik yang digunakan untuk mengobati pneumonia dan gonore kadarnya hanya tinggal 30% sampai 36% lebih rendah dari pada jika diminum dengan air.

Produk susu mengandung banyak partikel kalsium dan magnesium yang mengandung ion. Ion-ion ini dapat mengikat beberapa antibiotik, sehingga menciptakan 'senyawa yang tidak larut.' Dan jika obat tidak dapat larut dalam cairan di dalam usus , obat tersebut tidak dapat diserap ke dalam aliran darah.

Jadi, ketika ion kalsium dan magnesium hadir di dalam usus, mereka secara efektif menjebak molekul antibiotik di sana. Jumlah antibiotik yang masuk ke dalam aliran darah dengan demikian berkurang secara signifikan, sehingga mengurangi efektivitas obat di seluruh tubuh.

Interaksi obat ini dapat dihindari dengan mudah. ​​Kuncinya adalah minum antibiotik dengan air dan sesuaikan jadwal makan dan minum obat.

Untuk memastikan antibiotik bekerja sebagaimana mestinya, pasien harus mengonsumsi obat 2 jam sebelum atau 6 jam setelah mengonsumsi produk susu. Hal ini mengurangi kontak kalsium dan antibiotik di saluran pencernaan dan memastikan pasien mendapatkan manfaat maksimal dari obat tersebut.

Perlu juga untuk berhati-hati terhadap sumber kalsium atau magnesium non-susu lainnya, seperti antasida (obat sakit maag) dan suplemen makanan. Sama seperti produk susu, zat-zat ini dapat menghambat efektivitas beberapa antibiotik.

Dan bukan hanya antibiotik yang berinteraksi dengan kalsium dalam produk susu tetapi obat lain juga dapat terpengaruh

Malang, WISATA – Anda mungkin pernah mendengar bahwa beberapa makanan dan minuman, seperti jeruk bali dan alkohol, tidak boleh dikonsumsi bersama obat-obatan tertentu. Namun tahukah Anda bahwa produk susu dapat membuat beberapa obat menjadi kurang efektif?

Efek ini khususnya bermasalah untuk golongan antibiotik tertentu, yaitu obat yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Antibiotik yang diminum dalam bentuk pil atau cairan, perlu diserap ke dalam aliran darah agar bekerja secara efektif. Namun, jika diminum bersama produk susu, seperti susu, keju atau yogurt, beberapa antibiotik tidak diserap sebagaimana mestinya.

Hasil penelitian yang dikutip dari Live Science menyebutkan suatu antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri pada saluran pernapasan seperti pneumonia, efektivitasnya akan turun 83% bila diminum dengan susu. Penelitian lain menyebutkan suatu antibiotik yang digunakan untuk mengobati pneumonia dan gonore kadarnya hanya tinggal 30% sampai 36% lebih rendah dari pada jika diminum dengan air.

Produk susu mengandung banyak partikel kalsium dan magnesium yang mengandung ion. Ion-ion ini dapat mengikat beberapa antibiotik, sehingga menciptakan 'senyawa yang tidak larut.' Dan jika obat tidak dapat larut dalam cairan di dalam usus , obat tersebut tidak dapat diserap ke dalam aliran darah.

Jadi, ketika ion kalsium dan magnesium hadir di dalam usus, mereka secara efektif menjebak molekul antibiotik di sana. Jumlah antibiotik yang masuk ke dalam aliran darah dengan demikian berkurang secara signifikan, sehingga mengurangi efektivitas obat di seluruh tubuh.

Interaksi obat ini dapat dihindari dengan mudah. ​​Kuncinya adalah minum antibiotik dengan air dan sesuaikan jadwal makan dan minum obat.

Untuk memastikan antibiotik bekerja sebagaimana mestinya, pasien harus mengonsumsi obat 2 jam sebelum atau 6 jam setelah mengonsumsi produk susu. Hal ini mengurangi kontak kalsium dan antibiotik di saluran pencernaan dan memastikan pasien mendapatkan manfaat maksimal dari obat tersebut.

Perlu juga untuk berhati-hati terhadap sumber kalsium atau magnesium non-susu lainnya, seperti antasida (obat sakit maag) dan suplemen makanan. Sama seperti produk susu, zat-zat ini dapat menghambat efektivitas beberapa antibiotik.

Dan bukan hanya antibiotik yang berinteraksi dengan kalsium dalam produk susu tetapi obat lain juga dapat terpengaruh