Terpapar YOLO, FOMO, dan FOPO: Ini Daftar Negara dengan Generasi Muda yang Paling Terpengaruh

Gaya Hidup YOLO, FOMO dan FOPO
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Di Inggris, fenomena YOLO dan FOMO semakin meningkat sejak awal pandemi COVID-19. Banyak generasi muda di sana yang merasa hidup mereka terhenti oleh lockdown dan pembatasan sosial, sehingga mereka terjun dalam pola pikir YOLO sebagai bentuk kompensasi setelah pandemi mereda.

Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Royal Society for Public Health pada tahun 2022, sekitar 64% generasi muda di Inggris mengatakan mereka merasa FOMO ketika melihat teman-teman mereka bepergian, berpesta, atau menikmati gaya hidup mewah di media sosial. Hal ini mendorong peningkatan aktivitas konsumtif yang berakibat pada tekanan finansial. Studi yang sama menunjukkan bahwa 47% dari mereka menggunakan kartu kredit atau pinjaman untuk membiayai gaya hidup tersebut.

Sementara itu, FOPO juga menjadi masalah serius di Inggris, terutama karena tekanan sosial yang dihasilkan dari sistem pendidikan dan karier yang kompetitif. Banyak generasi muda yang merasa khawatir tentang bagaimana mereka dipersepsikan oleh orang-orang di sekitar mereka, baik secara profesional maupun personal.

3. Australia: Gaya Hidup YOLO Memicu Lonjakan Konsumerisme

Australia adalah negara yang juga tidak kebal terhadap pengaruh YOLO, FOMO, dan FOPO. Di kalangan anak muda Australia, terutama milenial, YOLO menjadi semacam mantra untuk mengejar kesenangan dan kebebasan. “Live your best life” adalah frasa yang sering muncul di media sosial, dan ini mendorong gaya hidup yang konsumtif dan berorientasi pada kesenangan instan.

Sebuah laporan dari Australian Bureau of Statistics pada tahun 2022 menemukan bahwa 80% milenial di Australia merasa terpengaruh oleh tren FOMO yang berasal dari media sosial. Tekanan untuk selalu mengikuti perkembangan terbaru, dari teknologi hingga mode, memaksa banyak anak muda mengeluarkan uang lebih dari kemampuan mereka.

Dalam hal FOPO, survei dari Beyond Blue, sebuah organisasi kesehatan mental, menyebutkan bahwa sekitar 60% generasi muda di Australia merasa cemas tentang bagaimana penampilan mereka di mata orang lain. Mereka khawatir tentang penilaian sosial yang dapat memengaruhi citra diri mereka, baik di dunia nyata maupun dunia maya.