Bagaimana Marcus Aurelius, Seneca, dan Epictetus Menghadapi Hidup

Epictetus Tokoh Filsafat Stoikisme
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Seneca, seorang filsuf Stoik dan penasihat kaisar, menulis banyak surat dan esai yang menggali lebih dalam tentang cara menghadapi stres, kesulitan, dan kematian. Salah satu tema utama yang sering ia bahas adalah pentingnya mempersiapkan diri untuk menghadapi hal-hal buruk dalam hidup, agar tidak terkejut ketika krisis datang.

Seneca percaya bahwa penderitaan sering kali berasal dari pikiran kita sendiri. Dalam karyanya, ia menekankan bahwa banyak ketakutan dan kecemasan kita sebenarnya tidak terjadi dalam kenyataan, melainkan hanyalah imajinasi yang diciptakan oleh pikiran kita. Ia berkata:

“Kita lebih sering menderita dalam imajinasi daripada dalam kenyataan.”

Nasihat ini sangat relevan dalam kehidupan modern, di mana tekanan kerja, hubungan, dan masalah sehari-hari sering kali membuat kita merasa kewalahan. Seneca mengajarkan kita untuk tidak terlalu memikirkan kemungkinan terburuk, tetapi untuk menghadapi setiap masalah dengan kepala dingin dan logika yang jernih.

Seneca juga mendorong kita untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai kita dan tidak tergoda oleh kekayaan atau kekuasaan. Bagi Seneca, kebahagiaan sejati ditemukan dalam hidup yang sederhana dan sejalan dengan prinsip-prinsip yang kita yakini.

Epictetus: Kebebasan Batin di Tengah Keterbatasan

Epictetus adalah seorang mantan budak yang menjadi salah satu filsuf Stoik paling berpengaruh. Meski hidupnya penuh dengan keterbatasan, ia mengajarkan bahwa kebebasan sejati datang dari dalam, bukan dari status atau kekayaan. Epictetus menekankan bahwa kita memiliki kendali penuh atas sikap dan respons kita, meskipun tidak selalu bisa mengendalikan apa yang terjadi pada kita.