Mengapa Socrates Menentang Para Dewa? Misteri Tuduhan dan Pengadilan Sang Filsuf

Socrates
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Namun, banyak warga Athena merasa bahwa ajaran Socrates membahayakan kepercayaan umum terhadap para dewa dan memicu ketidakpastian dalam masyarakat. Tuduhan ini semakin diperkuat oleh kecenderungan Socrates untuk mempertanyakan berbagai aspek keyakinan tradisional, yang dianggap mengganggu stabilitas sosial dan religius Athena.

Socrates dan Daimonion: Entitas Baru?

Salah satu elemen yang menjadi sorotan dalam pengadilan Socrates adalah konsep daimonion, sebuah suara batin atau semacam "tanda ilahi" yang diklaim oleh Socrates sebagai panduan dalam hidupnya. Ia sering kali mengatakan bahwa daimonion ini muncul untuk memperingatkannya agar tidak melakukan hal-hal tertentu, tetapi tidak pernah memberikan instruksi positif. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Socrates sedang memperkenalkan semacam dewa atau kekuatan baru yang tidak dikenal oleh negara.

Bagi masyarakat Athena yang sangat terikat pada agama dan tradisi, konsep ini bisa saja dianggap sebagai ancaman terhadap stabilitas religius. Pengenalan terhadap entitas baru, bahkan jika itu adalah sesuatu yang bersifat pribadi, dapat dilihat sebagai upaya untuk mengguncang tatanan religius yang sudah mapan. Oleh karena itu, klaim Socrates tentang daimonion ini digunakan sebagai salah satu bukti untuk mendukung tuduhan bahwa ia tidak menghormati para dewa yang diakui oleh negara.

Proses Pengadilan Socrates

Pengadilan Socrates berlangsung di hadapan 501 warga Athena yang berfungsi sebagai juri. Selama persidangan, Socrates tetap teguh pada pendiriannya dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyesalan. Ia bahkan menggunakan kesempatan ini untuk mempertanyakan logika dan keadilan dari tuduhan yang diajukan terhadapnya. Meskipun demikian, sebagian besar juri merasa bahwa ajaran dan tindakan Socrates bertentangan dengan kepentingan negara dan agama.

Setelah melalui proses perdebatan yang panjang, juri akhirnya memutuskan bahwa Socrates bersalah. Pilihan untuk hukuman diberikan kepada Socrates, tetapi ia menolak untuk meminta pengampunan atau menawarkan solusi lain selain hukuman mati. Baginya, menjalani hukuman adalah cara untuk mempertahankan prinsip dan integritasnya sebagai seorang filsuf.