Metode Socratic: Teknik Berpikir Kritis yang Menginspirasi Pendidikan di Abad 21

Socrates
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA - Metode Socratic, sebuah pendekatan yang diperkenalkan oleh filsuf Yunani kuno, Socrates, telah menjadi salah satu teknik paling berpengaruh dalam sejarah filsafat dan pendidikan. Teknik ini didasarkan pada dialog kritis yang mendorong seseorang untuk berpikir secara mendalam melalui serangkaian pertanyaan yang menantang keyakinan dan asumsi. Di era modern, metode Socratic tetap relevan dan terus menginspirasi pendidikan di abad ke-21, terutama dalam mendorong pengembangan keterampilan berpikir kritis.

Siapa Socrates?

Socrates (469-399 SM) adalah seorang filsuf Yunani yang sering disebut sebagai bapak filsafat Barat. Meskipun dia tidak meninggalkan tulisan apapun, ajarannya terdokumentasi dengan baik melalui karya murid-muridnya, seperti Plato. Salah satu ciri utama dari ajaran Socrates adalah penggunaan pertanyaan untuk menggali kebenaran, yang kemudian dikenal sebagai Metode Socratic.

Metode ini tidak mengharapkan jawaban langsung atau pasti, melainkan bertujuan untuk memandu seseorang melalui proses berpikir kritis. Melalui pertanyaan yang mendalam, seseorang diharapkan untuk mengeksplorasi dan menguji keyakinan mereka hingga mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang suatu topik.

Apa Itu Metode Socratic?

Metode Socratic melibatkan serangkaian pertanyaan yang bertujuan untuk mendorong diskusi kritis dan refleksi diri. Socrates menggunakan teknik ini untuk menantang lawan bicaranya, mengarahkan mereka untuk mempertanyakan asumsi yang mereka anggap benar. Proses ini sering kali mengarah pada penemuan kelemahan dalam argumen atau pandangan seseorang, yang kemudian membimbing mereka untuk memahami ide-ide yang lebih jelas dan kuat.

Dialog yang terjadi dalam Metode Socratic bukanlah bentuk debat di mana satu pihak ingin memenangkan argumen. Sebaliknya, dialog ini bertujuan untuk kolaborasi dalam pencarian kebenaran. Pertanyaan yang diajukan Socrates tidak dimaksudkan untuk memojokkan, melainkan untuk memicu pemikiran mendalam dan evaluasi diri.