Kebajikan dalam Pandangan Socrates: Jalan Menuju Hidup yang Bermakna atau Sekadar Ilusi?

Suasana Penjara Socrates Jelang Hukuman Mati
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Dalam dialog Plato yang berjudul Apologia, Socrates mengatakan, "Kehidupan yang tidak diuji tidak layak untuk dijalani." Ucapan ini mencerminkan keyakinannya bahwa pencarian kebenaran dan kebajikan adalah elemen inti dari kehidupan yang bermakna. Bagi Socrates, hidup yang bermakna adalah hidup yang dihabiskan untuk mencari kebenaran, berbuat baik, dan memperbaiki diri secara terus-menerus.

Namun, di tengah dunia modern yang serba cepat dan materialistis, apakah konsep kebajikan ini masih relevan? Banyak orang merasa bahwa kebahagiaan dapat ditemukan dalam pencapaian materi, karier, atau kesenangan pribadi, dan kebajikan hanyalah nilai moral yang sering kali diabaikan dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kebajikan benar-benar jalan menuju hidup yang bermakna, ataukah itu hanyalah ilusi yang menenangkan pikiran kita?

Kebajikan sebagai Ilusi?

Kritikus pandangan Socrates tentang kebajikan berpendapat bahwa kebajikan, meskipun ideal, sering kali tidak realistis dalam kehidupan nyata. Mereka berargumen bahwa pengetahuan tentang apa yang baik tidak selalu membawa seseorang untuk bertindak sesuai dengan kebajikan. Ada banyak faktor lain yang memengaruhi perilaku manusia, seperti dorongan emosional, tekanan sosial, dan kepentingan pribadi.

Dalam banyak kasus, kita melihat orang-orang yang mengetahui apa yang benar, tetapi tetap memilih untuk melakukan hal yang salah. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang kebajikan saja tidak cukup untuk memastikan tindakan kebajikan. Selain itu, ada pandangan bahwa kebajikan mungkin hanyalah konstruksi sosial yang berubah-ubah sesuai dengan budaya dan waktu. Apa yang dianggap sebagai kebajikan dalam satu masyarakat mungkin dianggap berbeda di masyarakat lain.

Bagi mereka yang skeptis, kebajikan bisa jadi hanyalah ilusi, suatu gagasan ideal yang kita bangun untuk memberikan makna pada kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian. Mereka berpendapat bahwa kebahagiaan dan makna hidup lebih terkait dengan pencapaian pribadi, kebebasan, atau kesenangan daripada dengan tindakan kebajikan yang sering kali dianggap berat dan sulit untuk dijalani.

Socrates dan Relevansi Kebajikan di Zaman Modern