KAGAMA BEKSAN Jabodetabek Sajikan Mini Cakrawala Nusantara di Festival Lima Gunung XXII, Magelang

Kagama Beksan Jabodetabek Tampil di FLG XXII, 26 Agustus
Kagama Beksan Jabodetabek Tampil di FLG XXII, 26 Agustus
Sumber :
  • Tom Blero

"Kalis Ing Kahanan", maksudnya berarti selamat, terhindar dari bahaya, diselamatkan dari situasi yang buruk.

Ratusan warga hadir di lokasi menikmati sajian aneka bentuk kesenian ini.

Di ajang Festival Lima Gunung XXII, Kagama Beksan Jabodetabek menampilkan Mini Cakrawala Nusantara, berupa parade tari-tarian dari berbagai daerah di Indonesia pada Sabtu malam, 26 Agustus 2023.

Sajian Mini Cakrawala Nusantara terdiri dari 4 tarian yaitu tari Tifa dari Nusa Tenggara Timur (NTT), tari Glipang dari Jawa Timur, tari Legong Condong dari Bali dan tari Kancet Banguntawai dari Kalimantan Timur.

 

 

Kagama Beksan Jabodetabek Sajikan Tari Tifa di FLG XXII

Kagama Beksan Jabodetabek Sajikan Tari Tifa di FLG XXII

Photo :
  • Tom Blero


Tari Tifa dari NTT menjadi pembuka sajian Kagama Jabodetabek dalam Mini Cakrawala Nusantara.

Tari Tifa merupakan tarian yang sudah ada sejak zaman batu, saat manusia masih berburu. Tarian ini menjadi simbol kebersamaan yang ditarikan, saat menyambut panen atau hasil buruan. Kekhasan tarian ini, ada pada ketukan kaki yang dipadu dengan ketukan alat musik Tifa yang merupakan ungkapan kegembiraan, keramahan serta tekad yang bulat. Gerakan tari yang ceria dan meriah, membuat tarian ini sangat tepat untuk menyambut tamu.

 

Kagama Beksan Jabodetabek Sajikan Tari Glipang di FLG XXII

Photo :
  • Tom Blero

Penampilan kedua adalah tari Glipang dari Jawa Timur. Tari Glipang juga sudah ada sejak zaman dahulu kala, yang diteruskan secara turun temurun oleh para penarinya warga Probolinggo, Jawa Timur yang religius.

Tari Glipang bernafaskan Islam dan menjadi simbol perlawanan senyap melawan penjajah Belanda. Gerakannya menggambarkan keberanian prajurit yang gagah berani dalam upaya mengusir penjajah. Bahkan ada semboyan yang terkait dengan keberanian para prajurit ini, yaitu "Lebih baik mati, dari pada menanggung malu di bawah belas kasihan penjajah".