Joko Pinurbo Wafat Sehari Sebelum Hari Puisi, Namanya Lekat Dengan Jogjakarta

Jokpin menerima anugerah kebudayaan
Sumber :
  • instagram joko_pinurbo

Jogjakarta, WISATA – Philipus Joko Pinurbo alias Jokpin, namanya tak asing di jagad sastra Indonesia. Lahir tanggal 11 Mei 1962, Jokpin wafat sehari sebelum hari puisi yaitu di tanggal 27 April 2024 lalu, dan dimakamkan tepat di hari puisi nasional, 28 April 2024.

Jokpin telah menggeluti puisi sejak di Sekolah Menengah Atas. Berbagai karyanya mewarnai dunia puisi Indonesia dengan sentuhan narasi, humor dan ironi. Jokpin piawai memilah diksi sederhana menjadi deretan kata penuh makna yang cair sekaligus tajam. Namun tak jarang, ada keromantisan yang sangat menyentuh dalam karyanya.

Contoh penggalan adonan kata Jokpin yang romantis dan mendunia, tersemat di sudut kota Jogjakarta, tepatnya di Teras Malioboro 1, seberang pasar Beringharjo: “Jogja terbuat dari rindu, pulang dan angkringan.” Penggalan kalimat puitis nan romantis ini dengan sendirinya menjadi ikonik dan tak luput menjadi salah satu spot foto yang tak akan dilewatkan oleh wisatawan yang singgah di Jogja. 

Sudut ikonik Jogjakarta dan olah kata Jokpin

Photo :
  • akun kompasiana Agustina Purwantini

Meski identik dengan Kota Jogja, master puisi ini sebenarnya lahir di Sukabumi, Jawa Barat. Jokpin mulai tinggal di Jogja sejak kuliah di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sanata Dharma Jogjakarta. Kecintaannya pada Jogja membuat beliau memilih tinggal di Jogjakarta hingga embusan napas terakhirnya di Rumah Sakit Panti Rapih Jogjakarta.

Kiprahnya di dunia puisi tak main-main. Atas pencapaiannya, Jokpin telah memperoleh berbagai penghargaan: Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002, 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), dan South East Asian (SEA) Write Award (2014).

Selain berbagai penghargaan, beliau juga sering diundang ke berbagai pertemuan dan festival sastra. Karya-karyanya juga banyak yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Rusia, dan Mandarin.

Sebagai penganut Katolik yang taat, puisi-puisi Jokpin kadang juga berupa kontemplasinya terhadap peristiwa-peristiwa suci dalam agamanya. Salah satu puisinya yang fenomenal adalah puisi Celana Ibu, sebagai berikut:

Maria sangat sedih

menyaksikan anaknya

mati di kayu salib tanpa celana

dan hanya berbalutkan sobekan jubah

yang berlumuran darah.

 

Ketika tiga hari kemudian

Yesus bangkit dari mati,

pagi-pagi sekali Maria datang

ke kubur anaknya itu, membawa

celana yang dijahitnya sendiri

dan meminta Yesus mencobanya.

 

"Paskah?" tanya Maria.

"Pas!" jawab Yesus gembira.

 

Mengenakan celana buatan ibunya,

Yesus naik ke surga.

 

Puisi "Celana Ibu" merupakan karya sastra yang mengandung makna mendalam dan sarat simbolisme. Joko Pinurbo berhasil menggabungkan unsur-unsur keagamaan dengan imajinasi kreatifnya, menciptakan karya yang menarik untuk dianalisis dan dihayati secara lebih mendalam.

 

Selamat jalan, sang maestro. Namamu abadi di bumi pertiwi. Salam puisi.