TEKNOLOGI: Apakah Teknologi AI (Artificial Intellegence) Mengancam Manusia?
- Pexel/Pavel Danilyuk
Jakarta, WISATA – Kecerdasan Buatan atau artificial intellegence (AI) hadir sebagai sebagai alat, tapi manusia paling canggih dalam berpikir, merasakan, dan menggabungkan semuanya dalam pengambilan keputusan.
Cepat atau lambat, sejak revolusi industri yang dimulai di Inggris pada dua setengah abad silam, beragam proses produksi yang awalnya dijalankan manusia telah berganti dengan mesin. Lahirlah mesin-mesin uap, kereta uap, dan beragam produksi berskala besar.
Prosesnya semakin cepat sejak era 1970-an, seiring dengan berkembangnya teknologi pintar; komputer dan perangkat lunak. Pada April 2011, dalam pertemuan di Hannover Fair, bergemalah penggunaan istilah industri 4.0.
Industri era 4.0 ini diartikan sebagai adanya keterlibatan sebuah sistem cerdas dan otomatisasi dalam perindustrian. Konsepnya yakni dengan penghimpunan dan pembacaan data yang dilakukan secara konsisten. Istilah artificial intellegence dan machince learning pun mulai sering disebut.
Lahirlah mesin-mesin pintar seperti chatbot dan robot. Melalui chatbot beragam pertanyaan bisa dijawab dalam waktu singkat. Belum lagi dengan teknologi kendaraan yang bisa menyetir secara otomatis. Di sinilah muncul kekhawatiran baru, yakni tenaga kerja yang ada, bakal digantikan teknologi-teknologi tersebut.
Irzan Raditya sebagai CEO & Co Founder KATA.AI mengatakan, jika dibandingkan dengan revolusi industri beberapa puluh tahun ke belakang, manusia memang akan tergantikan perannya pada pekerjaan tertentu. Namun lambat laun, teknologi juga memunculkan pekerjaan-pekerjaan baru.
"Hal ini yang terjadi juga dengan revolusi AI. Hal yang membedakan adalah, AI menggantikan pekerjaan secara eksponensial," ujar Irzan dalam diskusi "Benarkah Teknologi AI Bikin Manusia Nganggur?" yang dikutip dari indonesia.go.id pada Senin (19/06/2023).