Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Kekayaan yang sejati bukanlah banyaknya harta, tetapi hati yang merasa cukup.”

Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Syekh Abdul Qadir, meskipun dikenal sebagai ulama besar yang dihormati oleh raja dan bangsawan, tetap hidup bersahaja. Beliau lebih memilih membagikan ilmu dan hartanya untuk kaum miskin daripada menumpuk kekayaan pribadi. Ini menjadi bukti nyata bahwa hati yang merasa cukup justru membuat seseorang lebih dermawan, lebih damai, dan lebih disukai oleh sesama.

Dampak Sosial dari Hati yang Cukup

Ketika seseorang merasa cukup, ia akan terhindar dari sikap iri, tamak, dan rakus. Ia tidak sibuk membandingkan dirinya dengan orang lain, karena ia sadar bahwa setiap orang punya jalan hidup yang berbeda.

Dalam skala masyarakat, rasa cukup dapat menciptakan kedamaian sosial. Jika setiap individu tidak tamak dan tidak saling bersaing secara destruktif, maka ruang untuk kolaborasi, gotong royong, dan kepedulian sosial akan terbuka lebar. Inilah kunci harmoni sosial yang sering kali dilupakan.

Menanamkan Nilai Ini Sejak Dini

Untuk menciptakan generasi yang tidak terobsesi pada materi, nilai qana’ah atau hati yang merasa cukup harus ditanamkan sejak dini, baik di keluarga maupun di sekolah. Anak-anak harus diajarkan bahwa nilai diri mereka bukan diukur dari pakaian bermerek atau gadget terbaru, melainkan dari akhlak, ilmu, dan kontribusi mereka kepada sesama.

Keluarga sebagai lingkungan pertama harus menjadi contoh nyata dari hidup sederhana namun bahagia. Orang tua yang gemar bersyukur dan tidak hidup bermewah-mewahan akan menjadi teladan kuat bagi anak-anak mereka.