Kaum Sofis sebagai 'Influencer' Pertama: Mengapa Mereka Dibayar Mahal di Yunani Kuno?

Protagoras dan Kaum Sofis
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Kritik terhadap Kaum Sofis
Namun, seperti halnya influencer modern yang sering kali dikritik karena memprioritaskan popularitas di atas substansi, kaum sofis juga menghadapi banyak kritik. Salah satu kritikus utama mereka adalah Socrates, yang menuduh mereka lebih mementingkan kemenangan dalam argumen daripada mencari kebenaran. Menurut Socrates, kaum sofis menjual pengetahuan tanpa peduli pada nilai-nilai moral atau etika.

Kritik ini menciptakan perdebatan filosofis yang terus berlanjut hingga saat ini. Apakah kaum sofis benar-benar hanya mencari keuntungan, ataukah mereka memainkan peran penting dalam memajukan cara berpikir manusia?

Jejak Sofisme dalam Kehidupan Modern
Warisan kaum sofis dapat dilihat dalam berbagai aspek kehidupan modern. Dalam dunia politik, misalnya, kemampuan untuk berbicara dan memengaruhi audiens adalah keterampilan yang sangat dihargai. Demikian pula, dalam bisnis, strategi pemasaran sering kali menggunakan prinsip-prinsip retorika yang dikembangkan oleh kaum sofis.

Menurut laporan Pew Research Center (2023), sekitar 85% kampanye pemasaran global menggunakan strategi komunikasi yang bertujuan untuk memengaruhi emosi dan persepsi konsumen—pendekatan yang serupa dengan apa yang dilakukan kaum sofis di Yunani kuno.

Kaum sofis bukan hanya pengajar atau filsuf biasa; mereka adalah influencer pertama yang membentuk cara orang berpikir dan berperilaku di Yunani kuno. Keahlian mereka dalam retorika dan persuasi menjadikan mereka tokoh penting dalam masyarakat, meskipun pendekatan mereka sering kali menuai kontroversi.

Di era modern, kita dapat melihat bagaimana warisan kaum sofis terus hidup dalam politik, bisnis, dan media sosial. Sementara kritik terhadap mereka tetap relevan, tidak dapat disangkal bahwa kaum sofis telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah pemikiran manusia.