Strategi OECD dalam Menghadapi Kompetisi Teknologi dengan BRICS
- OECD
Jakarta, WISATA - Pada 6 Januari 2025, Indonesia secara resmi bergabung dengan BRICS, menjadikannya anggota penuh pertama dari Asia Tenggara dalam blok ekonomi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Langkah ini menandai perubahan signifikan dalam lanskap geopolitik dan teknologi global, terutama dalam konteks persaingan teknologi antara BRICS dan negara-negara anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Karakteristik OECD sebagai Pemimpin Teknologi Global
OECD, yang beranggotakan negara-negara maju, telah lama menjadi pemimpin dalam inovasi teknologi. Organisasi ini menekankan investasi besar dalam penelitian dan pengembangan (R&D), regulasi teknologi yang berbasis etika, dan peningkatan kompetensi digital melalui program seperti Going Digital. Pendekatan ini bertujuan memastikan bahwa negara-negara anggota OECD tetap berada di garis depan perkembangan teknologi global.
Penguatan Teknologi AI oleh BRICS
BRICS telah menunjukkan ambisi besar dalam pengembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI). China, sebagai kekuatan utama dalam BRICS, telah berinvestasi signifikan dalam AI, dengan perusahaan seperti Baidu, Tencent, dan Alibaba memimpin inovasi. India juga semakin aktif dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam pertumbuhan ekonominya. Pendekatan BRICS yang lebih fleksibel dan agresif dalam pengembangan teknologi menantang dominasi tradisional OECD.
Strategi OECD dalam Menghadapi BRICS
Untuk merespons tantangan dari BRICS, OECD telah menyusun beberapa strategi kunci. Pertama, memperkuat kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta di negara-negara anggota melalui inisiatif seperti AI Policy Observatory, yang menyediakan platform berbagi data dan pengetahuan untuk mempercepat pengembangan teknologi baru. Kedua, OECD berupaya memimpin dalam regulasi global untuk teknologi AI dengan menekankan pentingnya standar etis, sehingga membangun kepercayaan global terhadap teknologi yang dihasilkan. Ketiga, OECD menjalin kemitraan dengan negara-negara non-anggota, menawarkan program pelatihan dan transfer teknologi untuk memperluas pengaruhnya dan menyaingi inisiatif serupa dari BRICS.
Peluang dan Tantangan untuk Kolaborasi
Meskipun terdapat persaingan, ada peluang untuk kolaborasi antara OECD dan BRICS. Bidang potensial meliputi penelitian bersama terkait isu-isu global seperti perubahan iklim dan kesehatan, di mana teknologi AI dapat menjadi solusi efektif. Selain itu, kedua blok memiliki kepentingan bersama dalam menciptakan standar global untuk pengembangan teknologi, sehingga kolaborasi dalam regulasi internasional dapat menjadi kemungkinan nyata. Namun, perbedaan visi dan pendekatan antara OECD yang berbasis pasar dan BRICS yang berorientasi pada kolaborasi negara membuat kerja sama ini menantang tanpa kompromi signifikan.
Dampak bagi Indonesia
Dengan bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS, posisi negara ini dalam dinamika teknologi global mengalami perubahan. Keanggotaan BRICS membuka akses bagi Indonesia ke sumber daya teknologi dan investasi dari negara-negara anggota, yang dapat mempercepat transformasi digital domestik. Namun, Indonesia juga harus menavigasi kompleksitas geopolitik yang muncul dari afiliasi dengan BRICS, terutama dalam hubungannya dengan negara-negara OECD. Selain itu, Indonesia sedang dalam proses aksesi untuk menjadi anggota penuh OECD, yang menunjukkan komitmen untuk mengadopsi standar dan praktik terbaik internasional. Posisi unik ini memungkinkan Indonesia untuk berperan sebagai jembatan antara dua blok ekonomi besar, memfasilitasi dialog dan kerja sama dalam pengembangan dan regulasi teknologi.
Persaingan antara OECD dan BRICS dalam pengembangan teknologi, khususnya AI, mencerminkan dinamika baru dalam tatanan ekonomi global. OECD, dengan pengalaman dan sumber dayanya, memiliki peluang besar untuk tetap relevan dan bahkan mendominasi. Namun, pendekatan kolaboratif dan agresif dari BRICS menjadikannya pesaing yang tidak bisa diabaikan. Bagi Indonesia, keanggotaan dalam BRICS dan upaya untuk bergabung dengan OECD membuka peluang besar tetapi juga membawa tantangan. Dengan kebijakan yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan kedua blok ini untuk mempercepat transformasi digitalnya dan memperkuat posisinya di panggung global. Dalam dunia yang semakin terhubung, kolaborasi dan inovasi akan menjadi kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.