U Mobile dan Transformasi Infrastruktur 5G di Malaysia: Pelajaran Penting bagi Indonesia?

Illustrasi 5G
Sumber :
  • Pexels

Kuala Lumpur, WISATA – Perubahan besar sedang terjadi di industri telekomunikasi Malaysia. U Mobile, salah satu operator telekomunikasi terkemuka di negara ini, sedang gencar memimpin transformasi infrastruktur 5G. Mereka tidak hanya berfokus pada teknologi tetapi juga menyusun strategi pendanaan yang matang, membangun kolaborasi dengan pihak lain, dan menyesuaikan diri dengan kebijakan baru dari Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (MCMC).

Namun, menarik untuk melihat bagaimana strategi ini berjalan, tantangan yang mereka hadapi, dan bagaimana Indonesia bisa mengambil pelajaran untuk mempercepat implementasi 5G di Tanah Air.

Pendanaan dan Strategi Ekspansi U Mobile

Mengembangkan jaringan 5G bukan perkara murah. Dalam laporan terbaru RHB Investment Bank, U Mobile diproyeksikan membutuhkan investasi antara RM 3 hingga RM 4 miliar untuk memperluas infrastruktur 5G-nya. Namun, yang menarik adalah bagaimana perusahaan ini mendiversifikasi sumber pendanaan mereka.

U Mobile mengandalkan beberapa strategi, seperti pembiayaan dari vendor, skema pembayaran tertunda, dan pendanaan berbasis utang. Pendekatan ini memberikan fleksibilitas sekaligus meringankan beban biaya langsung. Dengan cara ini, perusahaan tetap bisa fokus pada pengembangan jaringan tanpa harus terbebani oleh risiko keuangan yang berlebihan.

Di sisi lain, U Mobile juga memperkuat efisiensi biaya melalui kerja sama dengan operator lain. Alih-alih membangun semuanya dari nol, mereka berbagi infrastruktur yang ada. Model seperti ini bukan hanya lebih hemat biaya tetapi juga mempercepat proses implementasi di lapangan.

Kolaborasi dan Perubahan Kebijakan

U Mobile tidak bekerja sendiri. Mereka baru-baru ini menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan empat penyedia infrastruktur besar di Malaysia. Kerja sama ini memungkinkan mereka untuk mendirikan situs jaringan baru dengan lebih cepat. Di tengah perlombaan global untuk mendominasi teknologi 5G, langkah ini memberi keunggulan kompetitif yang signifikan.

Namun, transformasi 5G ini juga dipengaruhi oleh keputusan kebijakan penting. Pada akhir tahun lalu, MCMC mengumumkan bahwa Malaysia akan beralih dari model jaringan tunggal ke model jaringan ganda. Artinya, Digital Nasional Berhad (DNB), yang sebelumnya memonopoli infrastruktur 5G, kini berbagi peran dengan operator lain seperti U Mobile.

Model jaringan ganda ini memberikan fleksibilitas lebih besar, memungkinkan operator untuk bersaing dalam menyediakan layanan yang lebih inovatif. Bagi konsumen, ini berarti pilihan yang lebih luas, harga yang lebih bersaing, dan kualitas layanan yang lebih baik.

Inovasi Portal API Terbuka

Langkah inovatif lainnya yang diambil oleh U Mobile adalah peluncuran portal API terbuka pertama di Malaysia. Portal ini memungkinkan pengembang dan mitra bisnis untuk mengakses berbagai layanan U Mobile secara langsung. Dampaknya bukan hanya pada efisiensi operasional tetapi juga membuka peluang baru untuk kolaborasi lintas sektor.

Sebagai contoh, startup teknologi kini bisa mengintegrasikan layanan telekomunikasi ke dalam aplikasi mereka tanpa harus melalui proses yang rumit. Inisiatif ini juga menunjukkan bagaimana U Mobile tidak hanya ingin menjadi pemain telekomunikasi tetapi juga pelopor dalam ekosistem digital yang inklusif.

Membandingkan dengan Indonesia

Jika melihat situasi di Indonesia, perjalanan 5G kita masih berada di tahap awal. Laporan GSMA Intelligence mencatat bahwa adopsi 5G di Indonesia masih terkonsentrasi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan. Namun, skalabilitasnya menghadapi tantangan besar, mulai dari keterbatasan spektrum hingga biaya investasi yang tinggi.

Indonesia juga menghadapi masalah fragmentasi di antara operator. Tidak adanya model kolaborasi seperti yang dilakukan U Mobile menyebabkan duplikasi investasi. Padahal, dengan berbagi infrastruktur, operator di Indonesia dapat menghemat biaya hingga 30%.

Namun, beberapa inisiatif sudah mulai menunjukkan arah positif. Misalnya, kolaborasi antara Telkomsel dan Huawei dalam membangun ekosistem 5G di sektor industri. Inisiatif seperti ini dapat menjadi batu loncatan untuk mempercepat adopsi 5G di Indonesia.

Potensi Ekonomi 5G

Baik di Malaysia maupun Indonesia, potensi ekonomi dari 5G sangat besar. Di Malaysia, laporan International Data Corporation (IDC) memproyeksikan kontribusi 5G terhadap PDB negara tersebut mencapai RM 20 miliar pada tahun 2030. Sektor manufaktur, kesehatan, dan pendidikan diprediksi menjadi penerima manfaat utama.

Di Indonesia, dampaknya bahkan bisa lebih signifikan. Boston Consulting Group memprediksi bahwa adopsi 5G dapat menambah sekitar USD 10 miliar ke PDB Indonesia pada tahun 2035. Teknologi ini tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga membuka peluang baru di bidang agrikultur, logistik, dan energi.

Masa Depan 5G di Asia Tenggara

Transformasi yang dilakukan U Mobile menunjukkan bahwa keberhasilan adopsi 5G membutuhkan strategi yang menyeluruh. Dari pendanaan hingga inovasi digital, semua elemen harus bekerja selaras. Indonesia bisa belajar dari pendekatan ini, terutama dalam hal kolaborasi dan diversifikasi sumber daya.

Namun, keberhasilan 5G bukan hanya tentang teknologi. Ini juga tentang bagaimana ekosistem yang inklusif dapat mendukung inovasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Bagi Indonesia, transformasi ini bukan lagi sekadar pilihan tetapi sebuah keharusan untuk tetap kompetitif di era digital.

Dengan langkah yang tepat, baik Malaysia maupun Indonesia dapat menjadi pusat inovasi digital di Asia Tenggara. Dan bagi masyarakat, ini berarti akses ke teknologi yang lebih baik, layanan yang lebih terjangkau, dan peluang ekonomi yang lebih luas.