Krisis Ekonomi atau Pilihan Hidup? Generasi Satori Menolak Konsumerisme
- Image Creator Bing/Handoko
Jakarta, WISATA - Di Jepang, ada sebuah tren baru yang berkembang di kalangan anak muda, yang disebut "Generasi Satori." Fenomena ini bukan sekadar tren sementara, tetapi lebih pada gaya hidup yang muncul karena perubahan besar dalam ekonomi dan sosial. Generasi ini memilih hidup yang lebih sederhana, jauh dari konsumerisme yang sering mengikat kita pada barang-barang material. Mereka lebih fokus pada kebahagiaan dan pengalaman hidup yang lebih bermakna. Tapi, apakah mereka melakukan ini hanya karena tekanan ekonomi, atau memang mereka sedang mencari cara baru untuk hidup?
Apa Itu Generasi Satori?
Generasi Satori merujuk pada anak muda Jepang yang mulai berpikir berbeda tentang hidup mereka. Mereka tidak terobsesi dengan memiliki barang-barang mewah atau mengikuti tren yang terus berubah. Alih-alih itu, mereka lebih suka menjalani hidup yang lebih sederhana, berfokus pada kualitas hidup dan kepuasan pribadi. Kata "Satori" sendiri berasal dari bahasa Jepang yang berarti "pencerahan" atau kesadaran, yang mencerminkan bagaimana mereka melihat dunia secara lebih jernih dan bijaksana.
Krisis Ekonomi Memicu Perubahan
Salah satu alasan kenapa generasi ini memilih jalan yang berbeda adalah karena situasi ekonomi yang cukup sulit di Jepang. Sejak krisis ekonomi Jepang pada 1990-an, banyak anak muda merasa bahwa hidup mereka penuh dengan ketidakpastian. Gaji yang rendah, biaya hidup yang tinggi di kota besar seperti Tokyo, dan sulitnya memiliki rumah atau menikah, membuat mereka berpikir ulang tentang apa yang benar-benar penting dalam hidup.
Studi menunjukkan bahwa hampir 58% dari generasi muda Jepang lebih memilih pekerjaan yang memberi kebebasan waktu, daripada terjebak dalam pekerjaan yang hanya mengejar uang. Mereka merasa lebih nyaman hidup sederhana, daripada tertekan dengan keharusan untuk memiliki banyak barang atau status sosial tertentu.
Menolak Konsumerisme: Lebih dari Sekadar Krisis Ekonomi