Keren, Terbaru dengan Teknologi Quantum dan AI, Robot Bisa Rasakan Sentuhan, Hmm,..

Adegan Robot dalam Film Ex Machina
Sumber :
  • Moviebreak

Jakarta, WISATA - Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI), kemampuan untuk melihat, berbicara, menghitung, dan menciptakan semakin mendekati kecanggihan manusia. Namun, satu hal yang hingga kini belum dikuasai oleh AI adalah kemampuan untuk "merasakan" atau mengukur tekstur permukaan secara mekanis—kemampuan yang menjadi dasar dari indra peraba manusia.

Hal tersebut kini berubah berkat penelitian mutakhir di Center for Quantum Science and Engineering (CQSE) di Stevens Institute of Technology, yang baru-baru ini menemukan metode untuk memberikan AI kemampuan untuk "merasakan" permukaan. Dalam penelitian ini, tim peneliti menggabungkan teknologi kuantum dengan model AI canggih untuk menciptakan sistem yang dapat mengidentifikasi tekstur dengan akurasi tinggi.

Kolaborasi Kuantum dan AI: Cara Baru "Meraba" dengan Cahaya

Menurut Yong Meng Sua, seorang profesor fisika di Stevens, meskipun AI telah menguasai kemampuan "melihat" melalui pengenalan objek dan visi komputer, kemampuan untuk membedakan tekstur seperti permukaan kertas koran kasar dari kertas majalah yang halus masih jauh dari jangkauan AI.

Penelitian yang dilakukan oleh Sua bersama Direktur CQSE, Yuping Huang, dan mahasiswa doktoral mereka, Daniel Tafone dan Luke McEvoy, memperkenalkan pendekatan baru yang menggabungkan pemindai laser berbasis foton dengan algoritma AI. Dengan memanfaatkan "noise speckle"—gangguan acak dalam gambar pantulan cahaya—tim ini berhasil melatih AI untuk menginterpretasikan karakteristik ini menjadi data yang berharga.

“Ini adalah perpaduan antara AI dan kuantum,” jelas Tafone.

Metode Baru dengan Akurasi Tinggi

Dalam sistem ini, laser khusus memancarkan pulsa cahaya ke permukaan target, seperti sandpaper industri, yang memiliki tekstur beragam dari 1 hingga 100 mikron. Pulsa cahaya ini kemudian dipantulkan kembali melalui sistem, membawa data noise yang dianalisis oleh model pembelajaran AI.

Hasilnya mencatat rata-rata root-mean-square error (RMSE) sekitar 8 mikron dalam pengujian awal. Setelah mengolah lebih banyak sampel dan merata-ratakan hasil, akurasi sistem meningkat menjadi hanya 4 mikron—sebanding dengan perangkat profilometer industri terbaik yang tersedia saat ini.

Manfaat di Dunia Medis dan Industri

Kemampuan baru ini memiliki potensi besar dalam berbagai aplikasi, terutama dalam bidang medis dan manufaktur. Dalam deteksi kanker kulit, misalnya, kemampuan sistem untuk membedakan tekstur dengan presisi tinggi dapat membantu dokter membedakan antara melanoma yang berbahaya dan kondisi kulit jinak yang mirip.

Sementara itu, dalam pengendalian kualitas manufaktur, teknologi ini dapat memastikan komponen diproduksi tanpa cacat yang tidak terlihat oleh mata manusia tetapi dapat memengaruhi kinerja mekanis suatu produk.

“Hanya perbedaan kecil dalam kekasaran permukaan dapat menjadi penentu antara produk yang sempurna dan cacat,” kata Huang.