INFO HAJI: Kesaksian Jemaah Haji di Bandara Jedah yang Penuh Drama, Mengapa Harus Delay…. (Bagian 1)

Jemaah Haji 2023, Menunggu di Bandara Jedah, Arab Saudi
Sumber :
  • Ita Sri Laksita

Jakarta, WISATA – Pelaksanaan rangkaian ibadah haji tahun 2023 masih dalam tahap akhir, yaitu kepulangan jemaah haji kembali ke tanah air.

Berbagai peristiwa mengiringi perjalanan jemaah haji gelombang I saat proses kepulangan menuju tanah air, usai menunaikan rukun Islam yang kelima itu.

Berikut kesaksian seorang jemaah haji Indonesia….

Hari itu, bus yang kami tumpangi dari hotel meluncur ke arah Bandar Udara Internasional King Abdulaziz, Jedah, Arab Saudi.  Bandara ini terletak 19 kilometer sebelah Utara kota Jedah.

Sejauh mata memandang dari balik kaca jendela bus, yang terlihat hanya hamparan gurun pasir dan gunung-gunung batu yang membisu.

Sejumlah gunung dikeruk. Bekas kerukannya membentun tebing-tebing artistik. Ingin rasanya berfoto-foto dengan latar belakang tebing-tebing itu.

Dalam perjalanan menuju bandara, petugas bus membagikan makan siang berupa nasi briyani ayam. Saya pun, menyantapnya dengan lahap. Selain nasi, ada juga roti dan air mineral.

Jemaah Haji 2023, Menunggu di Bandara Jedah, Arab Saudi

Photo :
  • Ita Sri Laksita

Sesampai di bandara Jedah, kami disambut payung-payung besar seperti jamur raksasa, memunculkan sensasi khas Timur Tengah.

Kami memasuki bandara dan tertahan di ruang tunggu. Ruangan terbuka dengan sejumlah kursi, sementara tempat salat dan toilet di bagian luar.

Di dinding ruangan terpasang papan informasi boarding yang terupdate atau live. Kami bisa melihat jadwal penerbangan kami.

Di ruangan ini juga tersusun kursi-kursi, namun terbatas jumlahnya. Saya dan sebagian jemaah rombongan kami tidak kebagian tempat duduk. Kami pun berbaur dengan rombongan lain.

Akhirnya beberapa jemaah berinisiatif meminta plastik hitam yang biasa untuk tempat sampah kepada petugas kebersihan, untuk dijadikan alas duduk dan tiduran di lantai.

Plastik hitam itu digunting pinggirannya agar lebar. Jadilah tikar darurat. Di sinilah kami duduk, makan dan ngobrol ringan dan membongkar tas.

Saya dan istri dan hampir semua jemaah sibuk membongkar tas tentengan yang berisi makanan dan air zamzam. Ada yang bisa kami selamatkan, namun ada juga yang terpaksa kami tinggalkan.

Makanan-makanan yang tadinya dipersiapkan untuk di pesawat, terpaksa kami tanggalkan di bandara. Informasi dari petugas kloter: hanya koper besar, koper kabin dan tas paspor yang bisa dibawa ke pesawat. Lain itu, tidak boleh.

Selain itu, tidak boleh ada air zamzam di koper, kalau tidak mau dibongkar. Terkesan tegas dan serius.

Ketegasan dan keseriusan itu ditambah lagi dengan peringatan-peringatan pelarangan memasukkan air zamzam di koper yang ditempel di dinding-dinding lobi hotel.

Video-video pembongkaran koper yang berisi air zamzam yang beredar di group WA, katanya dari kloter awal, membuat hati kami, para jemaah haji kloter berikutnya, ciut. Tidak berani memasukkan air zamzam ke koper besar, koper kecil (kabin) atau membawa tas tentengan.

Namun ada juga jemaah haji yang nekat. Ia tetap memasukkan air zamzam di koper besar. Saya tidak tahu bagaimana nasibnya.

Ada pula yang memasukkan di koper kecil. Ada juga yang membawa di tas tentengan yang sebenarnya diperbolehkan dibawa saat berangkat ke Madinah. (Bersambung)