Mengapa PMI Indonesia Masih Terjebak di Zona Kontraksi: Sebuah Analisis Mendalam
- Kemenko perekonomian
Krisis Harga Bahan Baku dan Dampaknya pada Produksi
Tidak hanya permintaan yang lemah, sektor manufaktur Indonesia juga menghadapi tantangan dari sisi biaya produksi yang semakin tinggi. Harga bahan baku mengalami kenaikan signifikan sejak awal tahun 2024, sebagian besar disebabkan oleh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS serta gangguan rantai pasok global. Hal ini membuat biaya produksi perusahaan naik, tetapi di sisi lain mereka kesulitan untuk menaikkan harga jual produk mereka, mengingat daya beli konsumen yang menurun.
Pada bulan September, indeks harga input tercatat sebesar 57,2, sedikit menurun dari 57,8 pada bulan Agustus, tetapi masih menunjukkan tren kenaikan harga yang signifikan. Perusahaan-perusahaan yang mengandalkan bahan baku impor, seperti perusahaan manufaktur kimia dan farmasi, sangat merasakan dampaknya. Di sisi lain, harga output, atau harga jual produk, hanya tercatat di angka 50,8, menandakan bahwa perusahaan kesulitan untuk memindahkan beban kenaikan biaya produksi kepada konsumen.
Efek Terhadap Lapangan Kerja: Perlambatan dalam Rekrutmen
Perlambatan dalam aktivitas manufaktur juga berdampak pada lapangan kerja di sektor ini. Pada bulan September, indeks tenaga kerja berada di level 48,9, yang berarti banyak perusahaan memilih untuk menahan rekrutmen baru atau bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) guna menjaga kelangsungan bisnis mereka. Ini adalah situasi yang mengkhawatirkan, mengingat sektor manufaktur merupakan salah satu penyumbang terbesar dalam penciptaan lapangan kerja di Indonesia.
Efisiensi Rantai Pasok dan Tantangan Logistik
Waktu pengiriman dari pemasok juga menjadi tantangan bagi perusahaan manufaktur. Pada bulan September, Supplier Delivery Time Index berada di angka 48,5, menunjukkan bahwa waktu pengiriman dari pemasok semakin lambat. Masalah ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk keterlambatan di pelabuhan, kurangnya efisiensi dalam transportasi, serta gangguan pada distribusi logistik akibat pandemi COVID-19 yang dampaknya masih terasa hingga saat ini.