Mana Lebih Merugikan Secara Ekonomi dan Ekologi: Ekspor Pasir Laut atau Sedimen Laut?

Perbedaan Pasir Laut dan Sedimen Laut (ilustrasi)
Sumber :
  • Image Creator/ Handoko

Jakarta, Malang - Perdebatan mengenai pembukaan kembali ekspor pasir laut oleh pemerintah Indonesia mengundang berbagai pandangan. Namun, di tengah kontroversi ini, ada satu isu yang mulai mencuat: mana yang lebih merugikan, baik dari segi ekonomi maupun ekologi, antara ekspor pasir laut dan ekspor sedimen laut? Kedua komoditas ini sama-sama berkontribusi terhadap pembangunan infrastruktur global, namun dampaknya terhadap lingkungan sangat berbeda.

Pasir Laut: Sumber Daya Bernilai Tinggi dengan Risiko Besar

Pasir laut selama ini dianggap sebagai salah satu komoditas bernilai tinggi, terutama untuk negara-negara yang membutuhkan bahan baku reklamasi pantai dan pembangunan gedung bertingkat. Singapura, misalnya, telah lama menjadi importir utama pasir laut Indonesia untuk memperluas daratannya melalui reklamasi.

Namun, aktivitas penambangan pasir laut membawa dampak besar terhadap ekosistem pesisir. Penambangan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan abrasi pantai, kerusakan terumbu karang, dan hilangnya habitat laut. Menurut penelitian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sedimentasi yang dihasilkan dari penambangan pasir dapat merusak terumbu karang, yang merupakan habitat bagi berbagai spesies laut. Selain itu, abrasi pantai menyebabkan hilangnya garis pantai hingga 1-2 meter per tahun di beberapa wilayah pesisir Indonesia.

Sedimen Laut: Pilihan yang Lebih Berkelanjutan?

Berbeda dengan pasir laut, sedimen laut sering dianggap sebagai pilihan yang lebih ramah lingkungan. Sedimen merupakan partikel halus yang terbawa arus air dan mengendap di dasar laut. Meski memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah dibandingkan pasir laut, sedimen laut juga digunakan untuk berbagai keperluan, seperti reklamasi dan stabilisasi pantai.

Dari sisi ekologi, penambangan sedimen laut umumnya dianggap lebih berkelanjutan karena proses pengambilannya tidak merusak struktur pantai secara langsung. Namun, jika dilakukan secara berlebihan, pengambilan sedimen juga dapat menurunkan kualitas air laut dan mengganggu ekosistem dasar laut. Penelitian dari Universitas Indonesia menunjukkan bahwa penambangan sedimen laut yang dilakukan secara hati-hati memiliki dampak yang lebih minimal dibandingkan penambangan pasir laut.