Apa Inti Ajaran Socrates? Mengungkap Pandangan tentang Kebajikan dan Pengetahuan

Socrates
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Socrates, seorang filsuf legendaris dari Athena, dikenal luas sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah filsafat Barat. Meski tidak meninggalkan tulisan apa pun, ajarannya diteruskan oleh murid-muridnya, terutama Plato, yang merekam berbagai dialog dan percakapan filosofis yang melibatkan sang guru. Pemikiran Socrates begitu mendalam, terutama mengenai konsep kebajikan, pengetahuan, dan keadilan. Artikel ini akan mengupas inti ajaran Socrates, mengapa ajarannya masih relevan hingga saat ini, dan bagaimana ia mempengaruhi filsafat Barat.

Kebajikan sebagai Pengetahuan

Salah satu gagasan utama Socrates adalah konsep bahwa "kebajikan adalah pengetahuan" (virtue is knowledge). Menurut Socrates, semua kebajikan, seperti keadilan, keberanian, dan pengendalian diri, berasal dari pengetahuan. Ia percaya bahwa seseorang hanya bisa menjadi baik jika ia mengetahui apa yang benar dan memahami mengapa hal itu benar. Dengan kata lain, kebajikan adalah hasil dari pemahaman mendalam terhadap apa yang baik.

Socrates menegaskan bahwa tidak ada orang yang secara sadar melakukan kejahatan; mereka melakukannya karena ketidaktahuan. Misalnya, jika seseorang mencuri, itu bukan karena mereka secara inheren buruk, melainkan karena mereka tidak memahami bahwa mencuri merusak tatanan sosial dan melukai orang lain. Jadi, menurut Socrates, pendidikan dan pencarian pengetahuan menjadi kunci untuk mencapai kebajikan sejati.

"Kehidupan yang Tidak Diperiksa Tidak Layak Dijalani"

Ungkapan Socrates yang paling terkenal mungkin adalah: "Kehidupan yang tidak diperiksa tidak layak dijalani" ("The unexamined life is not worth living"). Pernyataan ini disampaikan saat ia menghadapi hukuman mati dalam pengadilan Athena. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa manusia harus selalu mencari pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya sendiri, kehidupannya, dan dunia di sekitarnya. Bagi Socrates, kebahagiaan sejati datang dari refleksi diri yang terus menerus, mengevaluasi tindakan, dan mencari kebenaran.

Socrates percaya bahwa hidup yang bermakna adalah hidup yang penuh dengan pertanyaan dan eksplorasi, bukan sekadar menerima segala hal sebagaimana adanya. Ia mengajarkan bahwa manusia harus berani mempertanyakan keyakinan mereka, meragukan asumsi-asumsi yang ada, dan berusaha menemukan jawaban yang lebih baik. Ini bukan hanya proses intelektual, tetapi juga jalan menuju kehidupan yang lebih bermakna dan berkualitas.