Transformasi Teknologi Satelit dan Penerapan 5G, 6G: Kunci Masa Depan Konektivitas Indonesia

Satelit sebagai Media Pemerataan Internet di Indonesia
Sumber :
  • Handoko/Istimewa

Jakarta, WISATA - Pada ajang bergengsi Indonesia Internet Expo and Summit (IIXS) yang berlangsung di Indonesia Technology and Innovation (INTI) 2024, Anggoro Kurnianto Widiawan, Ph.D., Ketua Umum Asosiasi Satelit Seluruh Indonesia (ASSI), memberikan pandangan visioner mengenai masa depan teknologi komunikasi di Indonesia. Ia menegaskan pentingnya peran teknologi satelit dalam mendukung penerapan jaringan generasi terbaru 5G dan 6G untuk meningkatkan konektivitas di seluruh pelosok Nusantara.

Anggoro memulai presentasinya dengan menggambarkan tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam hal pemerataan akses jaringan. Dengan lebih dari 17.000 pulau dan beragam kondisi geografis yang kompleks, banyak wilayah di Indonesia yang masih belum terjangkau oleh jaringan broadband seluler. "Sekitar 7% populasi dunia masih berada di luar jangkauan jaringan broadband seluler, dan di Indonesia, tantangan ini bahkan lebih besar," ungkapnya. Di Indonesia, sebagian besar wilayah darat dan laut masih belum terjangkau oleh jaringan seluler, membuat akses internet di daerah tersebut sangat terbatas.

Menurut Anggoro, teknologi satelit adalah satu-satunya solusi yang paling masuk akal untuk menutup kesenjangan cakupan ini. Dalam konteks global, GSMA Intelligence memperkirakan bahwa ekonomi satelit akan menghasilkan pendapatan sebesar $20–25 miliar per tahun pada tahun 2035, yang sebagian besar akan berasal dari layanan konektivitas satelit yang terhubung langsung dengan perangkat konsumen. Di Indonesia, potensi ini sangat signifikan mengingat luasnya wilayah yang memerlukan peningkatan infrastruktur telekomunikasi.

Lebih lanjut, Anggoro menekankan bahwa teknologi 5G dan 6G tidak hanya tentang kecepatan tinggi dan latensi rendah, tetapi juga tentang bagaimana teknologi ini dapat memberikan akses jaringan yang merata di seluruh wilayah, termasuk di daerah terpencil yang selama ini sulit dijangkau oleh jaringan terestrial. "Dengan teknologi satelit yang terintegrasi dalam arsitektur 5G/6G, kita dapat mencapai akses jaringan yang benar-benar universal dan inklusif," tegasnya.

Dalam presentasinya, Anggoro juga membahas pentingnya standar Non-Terrestrial Networks (NTN) dalam arsitektur 5G/6G. NTN ini akan menjadi komponen asli dari jaringan 6G di masa depan, yang dirancang untuk mengintegrasikan jaringan darat dan satelit secara mulus. "Standar ini akan memastikan bahwa teknologi 5G/6G dapat digunakan secara luas dan efisien, memberikan fleksibilitas dan keandalan yang lebih tinggi dalam layanan komunikasi," jelasnya.

Anggoro tidak hanya berbicara tentang teknologi, tetapi juga tentang dampak ekonomi yang dapat dihasilkan dari penerapan teknologi ini. Ia menyoroti bahwa layanan Industrial Internet of Things (IIoT) yang didukung oleh teknologi satelit diproyeksikan akan menghasilkan pendapatan sebesar $10 miliar per tahun pada tahun 2035, yang hampir sepertiga dari total pendapatan konektivitas yang didukung satelit. "Ini adalah peluang besar bagi Indonesia untuk memperkuat ekonomi digitalnya dan menjadi pemimpin di kawasan Asia Tenggara dalam hal teknologi dan inovasi," ujarnya.

Dengan adanya teknologi ini, Anggoro yakin bahwa Indonesia akan mampu meningkatkan konektivitas di daerah-daerah terpencil, membuka peluang baru bagi perkembangan ekonomi digital, dan mengurangi kesenjangan digital yang selama ini menjadi penghalang bagi kemajuan banyak daerah di Indonesia. "Ini adalah langkah penting menuju Indonesia yang lebih terkoneksi dan inklusif, di mana setiap warga negara, tanpa terkecuali, dapat menikmati manfaat dari era digital," tutupnya.