Mengapa Socrates Adalah Titik Awal Revolusi Filsafat Barat

Socrates
Sumber :
  • wallpapercave.com

Penolakan terhadap Relativisme dan Fondasi Etika Universal

Socrates juga dikenal karena penolakannya terhadap relativisme moral yang dianut oleh kaum Sophis. Ia menegaskan bahwa kebenaran dan kebajikan adalah hal-hal yang bersifat universal dan tidak dapat disesuaikan dengan kehendak individu atau konteks sosial. Menurut Socrates, kebahagiaan sejati hanya dapat dicapai melalui kehidupan yang berdasarkan pada kebajikan, dan kebajikan ini hanya bisa ditemukan melalui pencarian kebenaran.

Penekanannya pada kebajikan dan etika universal inilah yang menjadikan Socrates sebagai tokoh revolusioner dalam filsafat. Ia memperkenalkan konsep bahwa ada standar moral yang berlaku untuk semua orang, terlepas dari latar belakang atau keyakinan individu. Pendekatan ini membuka jalan bagi perkembangan etika sebagai bidang filsafat yang sistematis, dan pengaruhnya dapat terlihat dalam karya-karya filsuf-filsuf besar seperti Plato dan Aristoteles.

Pengaruh Socrates pada Plato dan Aristoteles

Pengaruh Socrates yang paling signifikan terlihat dalam karya-karya muridnya, Plato dan Aristoteles. Plato, yang dianggap sebagai penerus ajaran Socrates, menuliskan banyak dialog yang mencerminkan ajaran dan metode Socratic. Dalam dialog-dialog tersebut, Socrates sering digambarkan sebagai tokoh yang bijaksana dan penuh dengan pertanyaan, yang memandu lawan bicaranya menuju pemahaman yang lebih dalam tentang konsep-konsep filosofis seperti keadilan, kebenaran, dan kebajikan.

Dalam karya-karyanya, Plato mengembangkan lebih lanjut ajaran Socrates dan menciptakan sistem filsafat yang komprehensif, termasuk teori tentang dunia bentuk-bentuk ideal. Teori ini mencerminkan keyakinan Socrates bahwa ada kebenaran yang lebih tinggi dan transendental yang dapat ditemukan melalui penalaran kritis dan refleksi.

Sementara itu, Aristoteles, meskipun mengambil pendekatan yang berbeda dari Plato, tetap mempertahankan pengaruh Socratic dalam karya-karyanya. Ia mengembangkan logika formal dan sistem penalaran yang sangat dipengaruhi oleh metode dialektika Socrates. Aristoteles percaya bahwa pengetahuan dan kebajikan dapat dicapai melalui analisis rasional terhadap dunia nyata, sebuah pandangan yang ia pelajari dari ajaran Socratic tentang pentingnya dialog dan refleksi kritis.