Mengapa Cabai Terasa Pedas? Rahasia Ilmiah di Balik Sensasi Terbakar yang Bikin Ketagihan!
- Ayo menanam. blog
Malang, WISATA - Mengapa cabai terasa begitu pedas? Apa yang membuat lidah seperti terbakar? Temukan penjelasan ilmiah lengkap tentang kapsaisin, TRPV1, dan kenapa kita justru ketagihan sambal!
Dari Dapur ke Lidah, Cabai Bukan Sekadar Bumbu
Indonesia bisa dibilang surganya pecinta pedas. Dari sabang sampai Merauke, hampir setiap masakan tidak lepas dari sambal, cabai rawit, atau bumbu pedas lainnya. Tapi pernahkah kamu bertanya, kenapa cabai bisa terasa begitu pedas di mulut kita? Apakah pedas itu termasuk rasa?
Menariknya, pedas bukanlah rasa. Dalam dunia sains, pedas adalah sensasi nyeri yang ditafsirkan oleh otak kita sebagai panas. Penasaran bagaimana prosesnya? Yuk, kita bongkar rahasia ilmiahnya secara mendalam namun ringan.
Apa Itu Kapsaisin, Si Biang Pedas?
Cabai mengandung senyawa aktif bernama kapsaisin (capsaicin). Senyawa ini paling banyak terdapat di bagian putih dalam cabai (disebut plasenta), tempat biji cabai melekat.
Kapsaisin bekerja dengan cara mengikat reseptor saraf panas yang disebut TRPV1 (Transient Receptor Potential Vanilloid 1). Reseptor ini biasanya bertugas mendeteksi panas ekstrem atau luka bakar.
Ketika kapsaisin menempel pada TRPV1, otak kita langsung mendapat sinyal "bahaya", seperti saat lidah menyentuh api. Maka, muncullah sensasi terbakar, panas, dan menyakitkan—padahal sebenarnya suhu cabai biasa saja!
Jadi, Pedas Itu Bukan Rasa?
Benar. Secara ilmiah, lidah manusia hanya mengenali lima rasa dasar:
- Manis
- Asin
- Asam
- Pahit
- Umami (gurih)
Pedas tidak termasuk dalam kelima rasa tersebut, karena bukan diproses oleh papila pengecap di lidah, melainkan oleh reseptor nyeri. Sensasi ini disebut pungency atau irritation sensation dalam ilmu neurologi.
Seberapa Pedas Cabai? Ini Ukurannya!
Untuk mengukur tingkat kepedasan cabai, digunakan satuan bernama Skala Scoville (Scoville Heat Units/SHU). Makin tinggi angkanya, makin terasa terbakar!
Jenis Cabai |
Skala Scoville (SHU) |
Paprika |
0 |
Jalapeño |
2.500 – 8.000 |
Cabai Rawit Merah |
50.000 – 100.000 |
Habanero |
100.000 – 350.000 |
Ghost Pepper |
>1.000.000 |
Carolina Reaper |
>2.200.000 (terpedas saat ini) |
Fakta menarik: Carolina Reaper pernah membuat orang pingsan hanya karena satu gigitan!
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Kita Makan Cabai?
Begitu kapsaisin menyentuh TRPV1, tubuh mengira sedang diserang. Maka muncullah reaksi pertahanan alami:
- Lidah terasa terbakar
- Mata berair
- Hidung meler
- Wajah memerah
- Tubuh berkeringat dingin
Tapi, mengapa orang tetap menyukai pedas? Karena di balik rasa sakit, tubuh juga melepaskan hormon endorfin dan dopamin—zat kimia yang memunculkan sensasi bahagia dan puas.
Itulah mengapa, semakin pedas, semakin puas, bahkan bikin ketagihan!
Kenapa Air Tidak Efektif Meredakan Pedas?
Kebanyakan orang akan langsung minum air setelah kepedasan. Sayangnya, itu tidak banyak membantu. Alasannya?
Kapsaisin tidak larut dalam air. Akibatnya, saat kamu minum air, kapsaisin justru menyebar ke seluruh mulut, memperluas rasa terbakar.
Solusi terbaik:
- Minum susu (kasein dalam susu mengikat kapsaisin)
- Konsumsi es krim, yogurt, atau keju
- Makan nasi atau roti (menyerap kapsaisin)
Burung Tidak Merasa Pedas, Kok Bisa?
Alam ternyata sangat cerdas. Burung adalah salah satu penyebar biji cabai terbaik di alam liar. Anehnya, mereka bisa makan cabai sebanyak apa pun tanpa kepedasan. Kenapa?
Karena reseptor TRPV1 pada burung tidak bereaksi terhadap kapsaisin. Artinya, mereka benar-benar tidak merasakan sensasi pedas. Dengan begitu, mereka bisa menyebarkan biji cabai lewat kotoran mereka tanpa merusaknya.
Sementara itu, mamalia seperti kita—manusia dan hewan lainnya—harus rela tersiksa saat menikmati sambal!
Kenapa Ada Orang yang Gampang Kepedasan dan Ada yang Kuat?
Setiap orang memiliki tingkat sensitivitas TRPV1 yang berbeda. Semakin sering kamu makan pedas, semakin "kebal" tubuhmu terhadap kapsaisin. Ini disebut sebagai desensitisasi.
Artinya, toleransi pedas bisa dilatih! Itulah sebabnya orang yang terbiasa makan pedas, misalnya dari Padang, Manado, atau Sunda, bisa menyantap cabai rawit seperti permen.
Apakah Makan Pedas Berbahaya?
Makan pedas dalam batas wajar justru bisa memberikan manfaat kesehatan, seperti:
- Meningkatkan metabolisme
- Membantu pembakaran kalori
- Mengurangi nafsu makan berlebih
- Mengandung antioksidan
Namun, konsumsi berlebihan bisa menimbulkan:
- Iritasi lambung
- Gangguan pencernaan
- Diare
- Refluks asam
Jadi, tetap nikmati pedas dengan bijak dan tidak berlebihan.
Pedas Itu Ilusi Nyata yang Bikin Bahagia
Sensasi pedas dari cabai sebenarnya adalah ilusi panas yang diciptakan oleh otak akibat paparan kapsaisin. Tapi justru karena ilusi itu, kita bisa merasakan kenikmatan ekstra saat menyantap sambal, rica-rica, atau seblak level neraka.
Cabai bukan sekadar bumbu—ia adalah pengalaman sensorik yang memadukan rasa sakit dan kenikmatan, hingga membuat kita ketagihan. Dari sains hingga selera, cabai benar-benar luar biasa!