Cara Epictetus Mengajarkan Kita Fokus pada Tugas Utama dalam Hidup
- abackpekerstate
Jakarta, WISATA - Di tengah derasnya arus informasi, hiruk-pikuk media sosial, dan tuntutan hidup modern, banyak dari kita sering merasa terombang-ambing. Setiap hari ada saja hal-hal kecil yang menyita perhatian—dari notifikasi ponsel, komentar orang lain, hingga kekhawatiran yang belum tentu terjadi. Kita terdistraksi, kehilangan arah, dan lupa pada hal yang paling penting: tugas utama dalam hidup kita sendiri.
Filsuf Stoik kuno, Epictetus, jauh sebelum dunia mengenal internet atau budaya multitasking, sudah mengingatkan:
“Hal yang paling mudah di dunia adalah terdistraksi oleh hal-hal remeh… Fokuslah pada tugas utamamu.”
Pernyataan ini bukan sekadar nasihat bijak, melainkan panduan hidup yang relevan hingga hari ini.
Apa Itu Tugas Utama dalam Hidup?
Menurut Epictetus, setiap manusia memiliki tugas utama: menjadi pribadi yang baik dan menjalani hidup sesuai dengan kodrat akal sehat. Dalam Stoikisme, ini berarti mengembangkan kebajikan, bertindak adil, jujur, dan tidak dikuasai oleh hawa nafsu atau emosi.
Namun dalam praktiknya, banyak dari kita tergoda untuk mengejar hal-hal luar: pengakuan sosial, kekayaan, popularitas. Epictetus menyebut ini sebagai “hal-hal yang di luar kendali kita” (externals). Bila hidup hanya dipandu oleh keinginan akan hal-hal ini, kita akan selalu cemas, iri, dan tidak puas.
Sebaliknya, tugas utama adalah mengendalikan diri sendiri, menjaga integritas, dan menjalani hidup dengan kesadaran penuh.
Mengapa Kita Mudah Terdistraksi?
Kita hidup dalam dunia yang penuh distraksi. Notifikasi ponsel, email masuk, konten viral, drama politik, gosip artis—semuanya memanggil perhatian kita. Dan otak manusia, secara alami, mudah tergoda oleh hal-hal baru dan instan.
Epictetus menyebut kondisi ini sebagai “terseret oleh impresi”. Saat kita tidak sadar akan apa yang benar-benar penting, kita cenderung mengikuti dorongan sesaat tanpa berpikir panjang.
Di sinilah peran Stoikisme menjadi penting. Ajaran Epictetus melatih kita untuk berhenti sejenak, bertanya pada diri sendiri, dan menyaring apa yang benar-benar penting.
Langkah Stoik untuk Fokus pada Tugas Utama
Epictetus tidak hanya memberi nasihat, ia juga menawarkan latihan mental. Berikut adalah beberapa pendekatan praktis dari ajaran Epictetus untuk menjaga fokus pada tugas utama:
1. Kenali Apa yang Bisa dan Tidak Bisa Kamu Kendalikan
Fokuslah pada pikiran, sikap, dan tindakanmu sendiri. Jangan membuang energi untuk hal-hal yang berada di luar kendalimu, seperti opini orang lain atau hasil akhir suatu usaha.
2. Mulailah Hari dengan Pertanyaan Filosofis
Saat bangun tidur, tanyakan: “Apa tugas utamaku hari ini? Apa yang bisa kulakukan untuk menjadi orang yang lebih baik?” Dengan begitu, kamu memulai hari dengan arah yang jelas.
3. Lakukan Refleksi Diri Setiap Malam
Evaluasi harimu. Apakah kamu menghabiskan waktu untuk hal yang penting, atau tenggelam dalam distraksi? Dengan refleksi rutin, kamu akan lebih sadar dan terarah.
4. Latih Diri untuk Berkata “Tidak”
Tidak semua tawaran, kegiatan, atau drama perlu kamu ikuti. Terkadang, menjaga fokus berarti berani menolak hal-hal yang tidak relevan dengan misi hidupmu.
Contoh Nyata dari Kehidupan Epictetus
Epictetus sendiri bukan berasal dari latar belakang bangsawan. Ia adalah seorang budak yang kemudian menjadi filsuf besar. Dalam segala keterbatasan itu, ia tetap memilih fokus pada apa yang bisa ia kendalikan: pikirannya, nilainya, dan cara ia menghadapi kehidupan.
Alih-alih mengeluh atas nasibnya, ia menggunakan waktu untuk belajar, merenung, dan mengajar orang lain. Ini adalah bentuk nyata dari menjalani tugas utama hidup, tanpa tergoda oleh distraksi dunia luar.
Mengapa Ajaran Ini Relevan untuk Generasi Milenial dan Gen Z
Kehidupan digital membawa kemudahan sekaligus tantangan. Generasi muda kini harus menghadapi tekanan sosial dari media sosial, tuntutan karier yang cepat, hingga ekspektasi yang tak realistis.
Ajaran Epictetus membantu kita kembali ke inti hidup—bukan untuk menjadi populer, kaya, atau sempurna, melainkan untuk hidup dengan sadar dan bermakna.
Dengan fokus pada tugas utama, kita tidak lagi menjadi budak notifikasi, komentar netizen, atau kekhawatiran yang tidak perlu. Kita menjadi tuan atas diri sendiri—sesuatu yang Epictetus sebut sebagai kebebasan sejati.
Kesimpulan: Hidup yang Tenang Berasal dari Fokus
Ketika kamu tahu apa yang menjadi tugas utamamu, kamu tidak akan mudah terseret oleh distraksi. Kamu akan mampu berkata “tidak” pada hal yang remeh dan “ya” pada apa yang benar-benar penting.
Seperti yang diajarkan Epictetus, hidup bukan soal bereaksi pada dunia, tapi soal memilih bagaimana kamu menjalaninya. Di tengah dunia yang bising, fokus adalah bentuk perlawanan paling tenang sekaligus paling kuat.