Hidup Selaras dengan Alam Semesta: Jalan Stoik Menuju Kebijaksanaan

Chrysippus
Sumber :
  • Cuplikan Layar

“Hidup bajik berarti hidup selaras dengan alam semesta, dengan rasio sebagai penuntun.”
Chrysippus

Mengapa Seneca Lebih Relevan dari Motivator Zaman Sekarang? Ini Alasannya!

Jakarta, WISATA - Dalam dunia yang semakin kompleks dan penuh gejolak, manusia kerap kehilangan arah. Kita dibanjiri informasi, digerakkan oleh keinginan yang tidak pernah habis, dan sering merasa terputus dari makna hidup. Di tengah kekacauan ini, ajaran filsafat Stoik dari Chrysippus menawarkan jalan yang sederhana namun mendalam: hidup bajik, selaras dengan alam semesta, dengan rasio sebagai penuntun.

Ajaran ini bukan sekadar nasihat moral. Ia adalah sebuah panduan hidup yang menyeluruh — membentuk cara kita berpikir, merasakan, dan bertindak.

Dunia Boleh Kacau, Tapi Kamu Tidak Harus Ikut Kacau

Siapa Chrysippus?

Chrysippus (280–207 SM) adalah filsuf Stoik dari Yunani kuno yang dianggap sebagai arsitek utama sistem logis dalam Stoikisme. Ia memperdalam pemikiran Zenon dan Cleanthes, dua pendiri Stoikisme terdahulu, dengan mengembangkan dasar rasional dan etika yang kokoh.

Ingin Hidup Lebih Tenang? Berhentilah Bereaksi Terhadap Hal yang Tak Bisa Kamu Kendalikan

Bagi Chrysippus, kebajikan adalah hidup selaras dengan alam semesta — bukan hanya mengikuti hukum alam fisik, tetapi juga tatanan moral dan rasional yang menjadi dasar kosmos.

Rasio: Penuntun Menuju Kehidupan yang Bermakna

Stoikisme memandang bahwa rasio (logika, akal sehat, nalar) adalah anugerah tertinggi manusia. Alam semesta, menurut mereka, bukanlah kekacauan tanpa arah, tetapi kosmos yang teratur dan rasional. Karena itu, jika manusia menggunakan rasionya, maka ia hidup sejalan dengan alam semesta.

Hidup bajik bukan berarti hidup tanpa masalah. Tapi berarti memilih dengan sadar untuk berpikir jernih, bertindak adil, dan tetap tenang dalam menghadapi segala kondisi.

Ketika seseorang mengikuti rasio, ia tidak diperbudak oleh emosi liar, ambisi kosong, atau ketakutan yang tidak berdasar. Ia menjalani hidup dengan penuh kendali dan keteguhan hati.

Apa Makna "Selaras dengan Alam Semesta"?

Frasa ini mungkin terdengar mistis atau puitis, tapi maknanya sangat praktis dalam Stoikisme. Chrysippus tidak meminta kita menyembah alam, tetapi menghidupi nilai-nilai universal yang membentuk alam: keteraturan, keselarasan, siklus, sebab-akibat, dan keadilan.

Hidup selaras dengan alam berarti:

  • Menerima kenyataan dengan lapang dada.
  • Berperilaku sesuai dengan kodrat manusia, yakni makhluk sosial dan rasional.
  • Tidak melawan hukum alam, tetapi beradaptasi dan bertindak bijak dalam batas yang bisa kita kendalikan.

Contoh konkret: Ketika usia menua dan tubuh melemah, Stoik tidak mengeluh atau takut. Ia tahu bahwa itu bagian dari hukum alam, dan menerimanya dengan damai.

Menolak Keinginan yang Bertentangan dengan Rasio

Stoikisme bukan ajaran yang menolak emosi, tetapi menyaring emosi dengan rasio. Chrysippus mengajarkan bahwa keinginan yang tidak rasional — seperti kerakusan, keserakahan, iri hati, atau dendam — adalah bentuk penolakan terhadap tatanan kosmos.

Sebaliknya, jika kita menginginkan hal-hal dengan pertimbangan akal, seperti keadilan, keberanian, dan kesederhanaan, maka keinginan itu menjadi bagian dari kebajikan.

Kebajikan bukanlah hasil dari emosi sesaat, tetapi buah dari kesadaran yang terus diasah.

Tantangan Modern: Hidup di Era yang Tidak Rasional

Di era digital dan globalisasi saat ini, banyak nilai hidup yang bertabrakan dengan prinsip Stoik. Budaya konsumtif, pencitraan media sosial, dan tekanan pencapaian material sering mendorong manusia bertindak impulsif.

Kita tidak lagi bertanya: “Apakah ini benar?” tetapi lebih sering bertanya: “Apakah ini menguntungkan?”, atau “Apakah ini membuat saya terlihat hebat?”

Di sinilah kita bisa kembali pada ajaran Chrysippus. Ia mengingatkan kita bahwa ukuran kebahagiaan bukanlah berapa banyak yang kita miliki, tetapi apakah kita hidup selaras dengan prinsip moral dan rasional.

Praktik Hidup Selaras ala Stoik

Berikut adalah beberapa cara sederhana untuk menerapkan ajaran Chrysippus dalam kehidupan sehari-hari:

1. Mulai Hari dengan Refleksi

Sebelum memulai hari, tanyakan: “Apa yang akan saya hadapi hari ini? Apakah saya siap merespons dengan akal sehat?”

2. Berlatih Membedakan

Pisahkan antara hal yang dapat dikendalikan dan tidak. Fokuskan energi hanya pada hal-hal dalam kendali kita: tindakan, keputusan, sikap.

3. Bersikap Ramah dan Adil

Hidup sosial adalah bagian dari kodrat manusia. Maka jadilah pribadi yang ramah, adil, dan peduli pada sesama, bahkan ketika mereka berbeda pandangan.

4. Menjaga Diri dari Ekses

Rasio mengarahkan kita pada hidup sederhana. Makan secukupnya, bicara seperlunya, dan bertindak seperlunya.

5. Akhiri Hari dengan Evaluasi

Tanyakan: “Apakah saya hidup sesuai dengan nilai-nilai kebajikan hari ini?”

Chrysippus dan Nilai-Nilai Indonesia

Ajaran Stoik tidak bertabrakan dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Justru, semangat hidup bajik dan seimbang selaras dengan prinsip-prinsip Pancasila, terutama sila kedua dan kelima: Kemanusiaan yang adil dan beradab, serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pemimpin yang memimpin dengan rasio, rakyat yang hidup selaras dengan alam dan nilai kebajikan, serta sistem sosial yang mendorong keadilan — semuanya adalah cerminan Stoik dalam konteks nusantara.

Penutup: Jalan Rasional Menuju Kebajikan

Chrysippus tidak menjanjikan surga dunia, tetapi menawarkan jalan menuju kebahagiaan sejati — bukan yang bergantung pada nasib, uang, atau pengakuan, tetapi pada pilihan sadar untuk hidup bajik.

Dalam dunia yang sering kacau dan tak menentu, hidup selaras dengan alam semesta dan dipandu oleh rasio adalah bukan sekadar pilihan bijak, tetapi mungkin satu-satunya pilihan waras. Dan seperti kata Chrysippus, di situlah kebajikan sejati ditemukan.