Kekuatan Rasa Syukur dalam Ikigai: Kunci Hidup Bahagia dan Panjang Umur
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA – “Rasa syukur adalah bagian dari ikigai.”
Kalimat ini bukan hanya kutipan indah dari buku Ikigai: Rahasia Orang Jepang untuk Hidup Lama dan Bahagia karya Héctor García dan Francesc Miralles, tetapi juga sebuah prinsip hidup yang terbukti membawa kebahagiaan sejati dan memperpanjang usia. Dalam masyarakat modern yang sibuk mengejar lebih dan lebih, ikigai justru mengajak kita berhenti sejenak untuk menghargai yang sudah ada.
Konsep ikigai, atau “alasan untuk bangun di pagi hari,” bukan hanya soal pekerjaan atau mimpi besar. Salah satu elemen paling penting dalam mencapai ikigai adalah rasa syukur terhadap hal-hal kecil yang sering kita anggap remeh. Sebuah teh hangat di pagi hari, senyuman orang terkasih, udara segar, atau cahaya matahari yang masuk ke jendela—semuanya bisa menjadi sumber rasa syukur yang memperkaya kehidupan.
Rasa Syukur: Fondasi Kebahagiaan yang Sering Dilupakan
Dalam buku Ikigai, penulis menjelaskan bahwa penduduk Okinawa, wilayah di Jepang dengan populasi lanjut usia terbanyak, hidup dengan penuh rasa syukur setiap harinya. Mereka tidak mengeluh tentang hal-hal yang tidak mereka miliki, melainkan merayakan apa yang mereka miliki, sekecil apa pun itu.
Rasa syukur ini bukanlah bentuk pasrah, tetapi bentuk penerimaan aktif terhadap hidup. Mereka menjalani hari dengan kesadaran penuh, mencintai aktivitas sederhana seperti berkebun, memasak, bermain musik, atau mengobrol dengan tetangga. Itulah sebabnya kualitas hidup mereka begitu tinggi—meskipun secara materi mungkin tidak sebanyak masyarakat urban.
Mengapa Bersyukur Membuat Kita Lebih Sehat?
Penelitian modern mendukung filosofi ini. Studi dari University of California menunjukkan bahwa orang yang rutin mengekspresikan rasa syukur memiliki: