Dijuluki “The Count”, Inilah Sosok Victor Lustig: Penipu Elegan yang Pernah Menjual Menara Eiffel
- https://x.com/a_otama
Malang, WISATA – Nama Victor Lustig barangkali tidak sepopuler tokoh kriminal modern, namun dalam sejarah kejahatan dunia, ia dianggap sebagai salah satu penipu terbesar dan paling cerdas yang pernah ada. Pria yang lahir di Bohemia, Cekoslowakia ini bahkan dijuluki sebagai “The Count”, sebuah gelar yang mencerminkan gaya aristokratiknya dalam melancarkan aksi-aksi penipuan tingkat tinggi. Keahliannya tidak hanya membuatnya dicap sebagai kriminal biasa, melainkan sebagai legenda dalam dunia con artist internasional.
Victor Lustig dikenal luas berkat aksi penipuannya yang luar biasa: menjual Menara Eiffel. Tidak hanya sekali, ia bahkan mencoba menjualnya dua kali! Aksi nekat ini membuatnya dijuluki sebagai “A Man Who Sold The Eiffel Tower”, sekaligus menasbihkan dirinya sebagai tokoh yang membingungkan sekaligus mengagumkan dunia kriminalitas.
Awal Kehidupan dan Kemampuan Multibahasa yang Memukau
Lahir pada tahun 1890, Victor Lustig tumbuh dalam lingkungan yang menjunjung tinggi pendidikan. Sejak usia muda, ia sudah menunjukkan kecerdasan linguistik yang mengesankan. Ia fasih berbahasa Jerman, Prancis, Inggris, Italia, dan tentu saja bahasa ibu-nya, Ceko. Kemampuan ini bukan sekadar pencapaian akademis, melainkan menjadi senjata utama dalam menipu korbannya dari berbagai negara.
Penguasaan bahasa yang luas memungkinkannya untuk berbaur dengan segala kalangan, dari pebisnis elite hingga pejabat negara. Tidak hanya itu, Lustig dikenal memiliki gaya berbicara yang memikat, penuh kepercayaan diri, dan mampu membujuk orang dengan kata-kata yang dirangkai seperti puisi diplomatik.
Ia bukanlah penipu yang mengandalkan kekerasan. Sebaliknya, ia memanipulasi pikiran dan emosi korbannya. Inilah yang membedakannya dari kriminal lain: kemampuannya untuk meyakinkan orang lain bahwa apa yang ia tawarkan adalah nyata.
Menjual Menara Eiffel: Aksi yang Mustahil Tapi Nyata
Pada tahun 1925, Prancis tengah menghadapi dilema mengenai biaya pemeliharaan Menara Eiffel yang sangat tinggi. Berita ini dimuat di banyak surat kabar dan menjadi isu nasional. Victor Lustig membaca peluang di tengah kebingungan itu.
Dengan memalsukan surat-surat resmi dari pemerintah Prancis dan menyamar sebagai pejabat tinggi, ia mengundang beberapa pengusaha besi tua untuk ikut serta dalam tender penjualan Menara Eiffel. Lokasi pertemuan? Hotel de Crillon, salah satu hotel paling mewah di Paris, yang kian meyakinkan para calon korban bahwa transaksi ini adalah urusan resmi.
Salah satu pengusaha, André Poisson, akhirnya “membeli” Menara Eiffel dengan uang yang sangat besar dan bahkan memberikan suap untuk memastikan namanya terpilih. Setelah transaksi selesai, Lustig langsung kabur ke Wina dan menghilang seolah tak pernah ada.
Yang luar biasa, Poisson terlalu malu untuk melapor ke polisi karena tidak ingin namanya menjadi bahan olokan nasional. Ini memberi waktu bagi Lustig untuk kembali ke Paris dan mencoba menjual Menara Eiffel untuk kedua kalinya, meski akhirnya gagal karena calon korban kali ini curiga dan menghubungi pihak berwenang.
Strategi Elegan dan Tipuan Psikologis
Victor Lustig tak hanya mengandalkan identitas palsu dan surat resmi. Ia juga memanfaatkan psikologi manusia, terutama keserakahan. Dalam banyak aksinya, ia menargetkan orang-orang kaya yang ingin memperkaya diri lebih cepat, dengan menjual gagasan bisnis fiktif atau mesin cetak uang palsu yang seolah-olah dapat mencetak uang asli setiap beberapa jam.
Lustig akan menunjukkan mesin tersebut yang sempat mencetak dua lembar uang asli yang sebelumnya sudah ia masukkan, membuat korban percaya dan akhirnya membeli mesin itu dengan harga tinggi. Dalam waktu yang cukup untuk Lustig kabur, korban baru menyadari bahwa mesin tersebut adalah tipuan.
Menipu Al Capone: Bukti Bahwa Siapa Pun Bisa Kena
Nama Al Capone bukanlah sosok yang mudah ditipu. Namun Victor Lustig membuktikan bahwa bahkan gangster paling ditakuti di Chicago bisa menjadi korban tipu daya. Dengan pendekatan bisnis palsu, Lustig meminta investasi sebesar 50.000 dolar AS dari Capone dan menjanjikan keuntungan besar. Setelah dua bulan, ia mengembalikan uang itu dengan mengatakan bahwa proyeknya gagal.
Capone yang sudah siap marah, malah memberikan Lustig hadiah sebesar 5.000 dolar karena terkesan dengan “kejujurannya”. Padahal, itulah tujuan Lustig sejak awal: bukan 50.000-nya, tapi hadiah yang lebih mudah ia bawa kabur. Sebuah trik psikologis yang hanya bisa dilakukan oleh penipu kelas dunia.
Penangkapan dan Akhir Hidup di Alcatraz
Meski berkali-kali lolos dari jerat hukum, Victor Lustig akhirnya ditangkap oleh otoritas Amerika Serikat. Namun, ia masih sempat melarikan diri dari tahanan Federal saat akan diadili dengan melompat keluar dari jendela gedung pengadilan, sebelum akhirnya tertangkap kembali dan dijatuhi hukuman penjara.
Ia menghabiskan sisa hidupnya di Penjara Alcatraz, dan meninggal pada tahun 1947 akibat komplikasi penyakit pneumonia. Meski tubuhnya tak lagi ada, kisahnya terus hidup dan dijadikan referensi dalam banyak buku kriminal, film, hingga pelatihan tentang keamanan finansial dan manipulasi psikologis.
Victor Lustig: Sosok Penipu, Simbol Kejeniusan
Victor Lustig bukan hanya sekadar kriminal, tetapi juga representasi dari bagaimana kecerdasan, strategi, dan penguasaan komunikasi bisa digunakan untuk tujuan gelap. Meski aksinya merugikan banyak orang, ia tetap menjadi studi menarik tentang psikologi manusia, penipuan, dan kelemahan dalam sistem sosial.