Penemuan Belut Moray Baru: Hades Snake Moray, Penghuni Misterius Muara Indo-Pasifik
- IG/infomaritim_id
Malang, WISATA – Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal ZooKeys oleh Wen-Chien Huang dan timnya, menghadirkan kejutan menarik dengan ditemukannya spesies belut moray baru bernama Hades snake moray (Uropterygius hades). Spesies ini ditemukan di muara-muara berlumpur di kawasan Indo-Pasifik Tengah, mencakup wilayah Jepang selatan, Taiwan, Filipina, hingga selatan Jawa dan Fiji.
Hades snake moray memiliki tubuh ramping yang panjangnya bisa mencapai 50 cm. Tubuhnya berwarna cokelat gelap seragam, sebuah adaptasi sempurna yang memungkinkan mereka berkamuflase dengan habitat berlumpur dan remang-remang yang mereka huni. Warna tubuh yang seragam ini membedakan mereka dari belut moray lain yang umumnya memiliki pola bintik atau garis-garis mencolok.
Spesies ini memiliki kepala berbentuk segitiga dengan rahang kuat—ciri khas belut moray yang memungkinkan mereka memangsa ikan, udang, dan organisme lain yang hidup di dasar laut. Uniknya, Hades' snake moray menggali lumpur dengan ekornya terlebih dahulu, perilaku yang jarang ditemukan pada spesies belut moray lainnya yang lebih suka berlindung di terumbu karang atau celah bebatuan.
Peneliti mencatat bahwa spesies ini sangat sensitif terhadap cahaya, mereka lebih memilih bersembunyi di lingkungan gelap dan keruh, menandakan adaptasi evolusioner terhadap habitat estuari dengan pencahayaan rendah.
Hades snake moray ditemukan di ekosistem estuari, wilayah pertemuan air laut dan air tawar yang sering kali diabaikan karena keruh dan sulit diakses. Namun, penemuan spesies ini menunjukkan bahwa ekosistem tersebut memiliki keanekaragaman hayati tinggi yang penting untuk dipelajari. Di ekosistem ini, Hades snake moray berperan sebagai predator kecil yang menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan memangsa hewan-hewan kecil, spesies ini membantu mengontrol populasi organisme tertentu yang dapat memengaruhi kualitas air dan keseimbangan rantai makanan.
Nama "Hades" diambil dari dewa dunia bawah dalam mitologi Yunani, mencerminkan habitat belut yang gelap dan penuh misteri, sekaligus menggambarkan betapa sedikitnya pemahaman manusia tentang kehidupan di perairan keruh seperti muara. Penemuan ini tidak hanya memperkaya catatan biodiversitas Indo-Pasifik tetapi juga mengingatkan bahwa masih banyak rahasia laut yang belum terungkap.