INFO HAJI: Tragedi Armuzna di Haji 2023, Kesaksian Seorang Jemaah (Bagian 2 - Arafah)

Jemaah Haji 1444H/2023M di Tenda Mina
Sumber :
  • Maman Abdurahman

Jakarta, WISATA – Kami turun menyusuri tenda-tenda putih berukuran lebar yang di depannya ditandai dengan berbagai macam tanda oleh penghuninya. Tenda Kloter JKG 06, ditandai dengan kertas warna warni dan spanduk kecil untuk memudahkan jemaah menemukannya.

INFO HAJI: Pemberangkatan Jemaah Haji Indonesia Gelombang Pertama Menuju Madinah

 

Saya dan istri tergabung di Kloter JKG 06. Satu kloter berjumlah sekitar 400 jemaah dari berbagai kecamatan atau rombongan yang dipimpin oleh seorang ketua Kloter.

BANYUWANGI: Tarif Rp0 atau Gratis bagi Umat Hindu yang Beribadah di Pura Luhur Giri Salaka TN Alas Purwo

 

Setiap kloter terdiri dari sekitar 9 rombongan dan setiap rombongan terdiri dari rata-rata empat regu. Satu regu berjumlah sekitar 5 pasang jemaah haji atau 10 jemaah haji laki-laki dan perempuan yang dipimpin oleh Ketua Regu atau Karu. 

INFO HAJI 2025: Kantor Urusan Haji Jedah Siapkan Layanan Haji 2025

 

Setiap kloter diikuti oleh sejumlah petugas kloter, yaitu dua pembimbing ibadah, dua dokter, dua perawat dan satu Petugas Haji Daerah (PHD).

 

Saya dan jemaah haji lainnya akhirnya sampai di tenda putih berukuran besar. Tenda ini untuk jemaah satu kloter atau sekitar 400 jemaah haji. Penuh sesak memang. Saking sesaknya, untuk sekedar membalikkan badan saja susahnya minta ampun.

 

Sebagai gambaran, kasur yang tersedia berukuran lebar sekitar 60 cm itu untuk dua orang jemaah. Jika ada jemaah yang tidurnya meringkuk bisa dipastikan tempat terasa sangat sesak dan tidak mencukupi.

 

Tas tentengan jemaah haji turut memadati tempat tidur, sekaligus tempat berkumpul untuk wukuf itu. Jemaah haji yang terbagi beberapa rombongan, menempati tempat-tempat yang disepakati ketua rombongan.

 

Ada rombongan yang menempati tenda dengan posisi jemaah laki-laki dan perempuan berdampingan, sehingga jemaah haji laki-laki lainnya berada di belakangnya.

 

Ada juga rombongan yang membatasi diri mereka dengan kain samping di bagian belakang. Ketika salat berjemaah dan berzikir, mereka mengadakan zikir sendiri, sehingga ada dua kelompok jemaah yang berzikir.

 

Sejumlah jemaah haji tidak nyaman dengan kondisi ini. Hal ini mengusik pemahaman agamanya bahwa jemaah laki-laki tidak boleh sejajar dengan jemaah perempuan. Apalagi berada di belakang jemaah perempuan dalam salat berjemaah. Hal ini menyebabkan kegaduhan dan protes dari sejumlah jemaah haji lainnya.

 

Satu rombongan yang menempatkan jemaah hajinya berdampingan dengan jemaah laki-lakinya tidak mau pindah. Merasa sudah nyaman dengan posisinya. Sementara sejumlah jemaah haji lainnya merasa bahwa hal itu masih bisa diubah atau dipindah, agar jemaah haji laki-laki di bagian depan semua dan jemaah haji perempuan di belakang.

 

Rombongan yang menempatkan posisi jemaah haji perempuannya sejajar dengan laki-laki keukeuh tidak mau pindah. Akhirnya jemaah haji laki-laki mengalah dengan bergeser ke belakang samping. Sementara jemaah haji perempuan di belakang jemaah haji perempuan lainnya.

 

Ketika hal ini diadukan kepada Ketua Rombongan ia berkomentar:

 

"Jemaah dan Ketua Rombongannya juga gak mau pindah," katanya menyesalkan.

 

 

Akhirnya jemaah haji laki-laki dan perempuan sejajar dalam salat berjemaah.

 

"Seperti Al-Zaitun aja," ujar seorang jemaah haji.

 

Selain masalah ini, ada juga rombongan yang menyekat diri dengan samping. Mereka mengadakan kegiatan ibadah sendiri. Hal ini sempat disinggung oleh Pembimbing Ibadah.

 

"Nanti waktu wukuf kain samping itu tolong dilepas. Tidak ada dua zikir," iimbaunya.

 

Tapi sampai acara wukuf digelar dan bahkan sampai akhir wukuf pembatas dengan kain samping itu masih tetap terpasang.

Jemaah Haji 1444H/2023M di Tenda Mina

Photo :
  • Maman Abdurahman

 

Tenda wukuf ini memang sangat padat dan sesak. Jangankan untuk tiduran nyaman, untuk salat saja berdesakan. Karenanya sejumlah jemaah haji memilih salat di luar tenda yang posisinya berdekatan dengan toilet. Di sekitar tenda ada tanah lapang berdebu. Mereka menggelar kardus bekas air mineral.

 

Ada juga yang menggelar tikar untuk persiapan di Muzdalifah. Setelah salat, mereka duduk-duduk sambil ngobrol. Di dekatnya ada toilet berjejer untuk jemaah laki-laki dan perempuan. Bedanya antrean di toilet perempuan lebih panjang ketimbang laki-laki.

 

Jelang Zuhur 9 Zulhijah, salah seorang Pembimbing Ibadah melakukan khutbah wukuf. Sebelumnya dilakukan pembacaan talbiyah beberapa kali oleh seorang ustaz.

 

Kemudian zikir berjamaah yang dipimpin oleh oleh seorang ustaz. Setelah itu, kami jemaah haji mandiri Kramat Jati bergabung dengan jemaah haji mandiri Pulogadung untuk berzikir bersama.

 

Setelah berzikir dan berdoa, kami melanjutkan salat zuhur jamak qasar dengan asar.

Jemaah Haji 1444H/2023M di Tenda Mina

Photo :
  • Maman Abdurahman

 

Usai berzikir dan salat berjamaah, para jemaah melanjutkan berzikir dan berdoa sendiri-sendiri, karena saat wukuf di Arafah adalah saat-saat paling mustajab dalam proses ibadah haji.

 

Saat itu terlihat jemaah khusyuk memanjatkan doa, memohon ampunan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas dosa yang telah dilakukan. Dan memohonkan ampunan untuk orang tua yang telah tiada. Jemaah tenggelam dalam kekhusyukan harapan dan kepasrahan.

 

Usai menumpahkan segala keinginan dan mimpi-mimpi dalam untaian doa yang panjang, kami segera menuju Muzdalifah untuk mabit dan mencari batu kerikil bekal lempar jumrah di Mina.

Jemaah Haji 1444H/2023M di Tenda Mina

Photo :
  • Maman Abdurahman

 

Kami mengantre menuju bus. Dalam antrien yang panjang, Masyariq memberi kami tas punggung yang berisi air mineral dan snack. Langit Arafah menjadi saksi kepergian kami menuju Masya'r al-Haram atau populer dengan sebutan Muzdalifah.

 

 

Balekambang, 16 Juli 2023

 

 

 

Maman Abdurahman

 

Jemaah Haji Kloter JKG 06, R-08.