HUT JAKARTA: 7 Asal Usul Nama Kelurahan di Jakarta "JAKARTE PUNYE CERITE"

Gedung Gelora Senayan Bung Karno (GBK)
Sumber :
  • pexels

Wisata – Tahun 2023 ini, DKI Jakarta genap berusia 496 tahun, tepatnya pada tanggal 22 Juni 2023 mendatang. Buat Anda yang sudah lama tinggal dan bekerja di Jakarta, tentu nama-nama tempat seperti Ancol, Angke, Gambir, Kwitang, Gondangdia, Senayan pasti sudah tidak asing lagi.

Tapi, apakah Anda tahu, bahwa beberapa tempat di Jakarta itu, ternyata memiliki sejarah atau asal usulnya sehingga disebut demikian. Yuk, kita simak asal usul nama tempat-tempat di Jakarta, yang sudah kami rangkum dari berbagai sumber.

1. Ancol

Kawasan Ancol terletak di sebelah timur kota tua Jakarta. Saat ini kawasan tersebut dijadikan sebuah kelurahan dengan nama yang sama di wilayah Kecamatan Pademangan, Kota Jakarta Utara.

Nama Ancol artinya tanah rendah berpaya-paya. Dahulu, bila air laut sedang pasang air payau dari kali Ancol, berbalik ke darat menggenangi tanah sekitarnya sehingga membuat airnya jadi terasa asin. Oleh karena itu, kawasan tersebut dikenal dengan nama Tanah Asin atau Zoutelande di zaman kolonial Belanda.

2. Angke

Angke adalah kawasan yang masuk dalam wilayah kecamatan Tambun, Jakarta Barat. Nama Angke berasal dari bahasa Cina, yaitu dari kata "Ang" yang artinya darah dan "Ke" yang artinya bangkai. Nama ini terkait dengan peristiwa tragedi berdarah pada tahun  1740, dimana saat itu ribuan orang Cina pendatang tewas dibantai secara mengerikan oleh Belanda di Batavia, karena dianggap memberontak.

Di daerah Angke ini, terdapat masjid tua yang berusia hampir 300 tahun. Masjid Angke atau kini dikenal dengan nama Masjid Al Anwar, dibangun tahun 1761. Bangunan masjid ini sangat unik dan merupakan perpaduan gaya arsitektur Jawa dan Bali.

3. Glodok

Nama kelurahan di Kecamatan Taman Sari, Kota Jakarta Barat ini dikenal sebagai kawasan Pecinan. Ada yang menyebut nama Glodok berasal dari bahasa Sunda Golodog yang artinya pintu masuk rumah, karena saat itu Sunda Kelapa (Jakarta) dijadikan pintu masuk ke kerajaan Sunda. Sementara orang yang bukan Sunda, merubah huruf terakhir G menjadi huruf K maka jadilah istilah Glodok. Nah, versi lainnya menurut beberapa arkeolog, nama Glodok berasal dari bunyi air pancuran. Disebutkan bahwa sekitar tahun 1670-an ada sebuah waduk penampungan air dari Ciliwung yang mengucur lewat pancuran kayu dari ketinggian 10 kaki. Air pancuran itu sering menimbulkan bunyi "geluduk-geluduk" sehingga warga setempat menyebut kawasan itu dengan nama Glodok.

4. Gambir

Gambir merupakan sebuah kecamatan di wilayah Jakarta Pusat. Ada 2 versi tentang asal usul nama Gambir. Versi yang pertama menyebutkan bahwa nama Gambir diambil dari nama tumbuhan untuk bersirih. Konon, dahulu banyak tumbuh pohon gambir di sekitar tempat tersebut. Versi kedua menyebutkan bahwa nama Gambir diambil dari nama seorang letnan Zeni Belanda berdarah Prancis yakni Gambier. Versi kedua ini diyakini oleh sejarawan Ridwan Saidi dalam bukunya "Profil Orang Betawi Asal Muasal, Kebudayaan dan Adat Istiadat (1997)

5. Gondangdia

Terletak tidak jauh dari kawasan Gambir, Gondangdia memiliki asal usul dua versi. Ada yang menyebut berasal dari nama pohon Gondang yang banyak tumbuh di wilayah tersebut, sementara versi lainnya menyebut nama itu diambil dari nama binatang sejenis keong yang memiliki ukuran tubuh cukup besar, keong Gondang.

 6. Kwitang

Masih di wilayah Jakarta Pusat, ada kawasan Kwitang yang populer sebagai tempat penjualan buku-buku bekas dari sejak tahun 1980-an. Asal usul nama Kwitang diambil dari nama seorang pengembara Cina bernama Kwik Tang Kiam yang datang ke Batavia pada abad 17. Dia seorang pedagang obat dan jago silat. Usaha Kwik Tang Kiam maju pesat dan menjadi kaya raya, sebagian besar tanah milik pribumi di kawasan itu dia beli. Orang-orang Betawi waktu itu menyebut kawasan tersebut sebagai kampungnya si Kwitang.

7. Senayan

Senayan merupakan nama kelurahan di kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kawasan Senayan banyak dikenal karena menjadi salah satu kawasan penting di Jakarta. Di kawasan ini terdapat Gelora Bung Karno (GBK), Gedung DPR/MPR RI dan kawasan bisnis terpadu Sudirman Central Business District (SCBD)

Berdasarkan catatan literatur sejarah, nama Senayan diyakini berasal dari nama seorang yang berasal dari Bali berpangkat Letnan. Ia lahir sekitar tahun 1680 dan kemudian menetap di Batavia. Wangsanayan dikenal sangat kaya raya dan menguasai tanah luas di tempat dia tinggal. Sebutan Wangsanayan  lambat laun berubah karena masyarakat waktu itu lebih mudah mengucapkannya dengan kata Senayan. Jadilah kawasan yang dimiliki Wangsanayan menjadi kawasan Senayan

Wisata – Tahun 2023 ini, DKI Jakarta genap berusia 496 tahun, tepatnya pada tanggal 22 Juni 2023 mendatang. Buat Anda yang sudah lama tinggal dan bekerja di Jakarta, tentu nama-nama tempat seperti Ancol, Angke, Gambir, Kwitang, Gondangdia, Senayan pasti sudah tidak asing lagi.

Tapi, apakah Anda tahu, bahwa beberapa tempat di Jakarta itu, ternyata memiliki sejarah atau asal usulnya sehingga disebut demikian. Yuk, kita simak asal usul nama tempat-tempat di Jakarta, yang sudah kami rangkum dari berbagai sumber.

1. Ancol

Kawasan Ancol terletak di sebelah timur kota tua Jakarta. Saat ini kawasan tersebut dijadikan sebuah kelurahan dengan nama yang sama di wilayah Kecamatan Pademangan, Kota Jakarta Utara.

Nama Ancol artinya tanah rendah berpaya-paya. Dahulu, bila air laut sedang pasang air payau dari kali Ancol, berbalik ke darat menggenangi tanah sekitarnya sehingga membuat airnya jadi terasa asin. Oleh karena itu, kawasan tersebut dikenal dengan nama Tanah Asin atau Zoutelande di zaman kolonial Belanda.

2. Angke

Angke adalah kawasan yang masuk dalam wilayah kecamatan Tambun, Jakarta Barat. Nama Angke berasal dari bahasa Cina, yaitu dari kata "Ang" yang artinya darah dan "Ke" yang artinya bangkai. Nama ini terkait dengan peristiwa tragedi berdarah pada tahun  1740, dimana saat itu ribuan orang Cina pendatang tewas dibantai secara mengerikan oleh Belanda di Batavia, karena dianggap memberontak.

Di daerah Angke ini, terdapat masjid tua yang berusia hampir 300 tahun. Masjid Angke atau kini dikenal dengan nama Masjid Al Anwar, dibangun tahun 1761. Bangunan masjid ini sangat unik dan merupakan perpaduan gaya arsitektur Jawa dan Bali.

3. Glodok

Nama kelurahan di Kecamatan Taman Sari, Kota Jakarta Barat ini dikenal sebagai kawasan Pecinan. Ada yang menyebut nama Glodok berasal dari bahasa Sunda Golodog yang artinya pintu masuk rumah, karena saat itu Sunda Kelapa (Jakarta) dijadikan pintu masuk ke kerajaan Sunda. Sementara orang yang bukan Sunda, merubah huruf terakhir G menjadi huruf K maka jadilah istilah Glodok. Nah, versi lainnya menurut beberapa arkeolog, nama Glodok berasal dari bunyi air pancuran. Disebutkan bahwa sekitar tahun 1670-an ada sebuah waduk penampungan air dari Ciliwung yang mengucur lewat pancuran kayu dari ketinggian 10 kaki. Air pancuran itu sering menimbulkan bunyi "geluduk-geluduk" sehingga warga setempat menyebut kawasan itu dengan nama Glodok.

4. Gambir

Gambir merupakan sebuah kecamatan di wilayah Jakarta Pusat. Ada 2 versi tentang asal usul nama Gambir. Versi yang pertama menyebutkan bahwa nama Gambir diambil dari nama tumbuhan untuk bersirih. Konon, dahulu banyak tumbuh pohon gambir di sekitar tempat tersebut. Versi kedua menyebutkan bahwa nama Gambir diambil dari nama seorang letnan Zeni Belanda berdarah Prancis yakni Gambier. Versi kedua ini diyakini oleh sejarawan Ridwan Saidi dalam bukunya "Profil Orang Betawi Asal Muasal, Kebudayaan dan Adat Istiadat (1997)

5. Gondangdia

Terletak tidak jauh dari kawasan Gambir, Gondangdia memiliki asal usul dua versi. Ada yang menyebut berasal dari nama pohon Gondang yang banyak tumbuh di wilayah tersebut, sementara versi lainnya menyebut nama itu diambil dari nama binatang sejenis keong yang memiliki ukuran tubuh cukup besar, keong Gondang.

 6. Kwitang

Masih di wilayah Jakarta Pusat, ada kawasan Kwitang yang populer sebagai tempat penjualan buku-buku bekas dari sejak tahun 1980-an. Asal usul nama Kwitang diambil dari nama seorang pengembara Cina bernama Kwik Tang Kiam yang datang ke Batavia pada abad 17. Dia seorang pedagang obat dan jago silat. Usaha Kwik Tang Kiam maju pesat dan menjadi kaya raya, sebagian besar tanah milik pribumi di kawasan itu dia beli. Orang-orang Betawi waktu itu menyebut kawasan tersebut sebagai kampungnya si Kwitang.

7. Senayan

Senayan merupakan nama kelurahan di kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kawasan Senayan banyak dikenal karena menjadi salah satu kawasan penting di Jakarta. Di kawasan ini terdapat Gelora Bung Karno (GBK), Gedung DPR/MPR RI dan kawasan bisnis terpadu Sudirman Central Business District (SCBD)

Berdasarkan catatan literatur sejarah, nama Senayan diyakini berasal dari nama seorang yang berasal dari Bali berpangkat Letnan. Ia lahir sekitar tahun 1680 dan kemudian menetap di Batavia. Wangsanayan dikenal sangat kaya raya dan menguasai tanah luas di tempat dia tinggal. Sebutan Wangsanayan  lambat laun berubah karena masyarakat waktu itu lebih mudah mengucapkannya dengan kata Senayan. Jadilah kawasan yang dimiliki Wangsanayan menjadi kawasan Senayan