Bobotan: Upacara Tradisional Kuno dari Kuningan yang Kini Diakui Sebagai Warisan Budaya Tak benda
- disparbud.jabarprov.go.id
Upacara Bobotan berkaitan erat dengan keberkahan bagi keturunan, terutama untuk anak-anak. Upacara ini dilakukan untuk memohon keselamatan dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa. Salah satu kondisi yang biasanya mengharuskan dilaksanakannya Bobotan adalah ketika seseorang memiliki anak pertama laki-laki dan anak bungsu laki-laki, yang keduanya dianggap perlu mendapatkan perlindungan khusus. Selain itu, Bobotan juga bisa dilakukan apabila terdapat anak tunggal atau jika ada anak kedua yang sudah meninggal dunia.
Namun, Bobotan bukan hanya tentang permohonan keselamatan saja. Upacara ini juga menjadi momen untuk mempererat tali persaudaraan antar keluarga. Seiring berjalannya waktu, Bobotan semakin digemari oleh mereka yang ingin memastikan kelangsungan tradisi dan kerukunan dalam keluarga.
Proses Upacara Bobotan
Jalannya upacara Bobotan dimulai dengan menimbang anak-anak yang menjadi fokus dalam upacara tersebut. Biasanya, timbangan yang digunakan adalah kayu Bobotan, sebuah kayu yang memiliki nilai historis dan spiritual bagi masyarakat setempat. Bobot yang ditimbang harus seimbang dengan berat badan anak. Jika timbangan terasa lebih berat, maka diyakini anak tersebut akan memperoleh keberkahan dan kemuliaan dalam hidupnya.
Barang-barang yang digunakan untuk penimbangan adalah benda-benda yang dianggap bernilai, seperti pakaian, emas, perak, uang, beras, dan benda lainnya. Setelah penimbangan, barang-barang tersebut kemudian menjadi bagian dari harta kekayaan anak yang menjadi bekal hidup mereka di masa depan.
Selama proses penimbangan, juru timbang yang memimpin upacara akan melantunkan kidung dengan syair-syair daerah yang penuh makna. Suasana sakral semakin terasa dengan adanya tradisi melemparkan uang oleh anak yang ditimbang. Uang yang dilemparkan ini akan menjadi milik juru timbang, yang biasanya memperoleh uang dalam jumlah signifikan—dari satu juta hingga lima juta rupiah—tergantung dari kondisi ekonomi keluarga yang melaksanakan upacara.
Bobotan Kini: Langkah Menuju Pelestarian Warisan Budaya