YOGYAKARTA: Kerajinan Aksesoris Interior dari Pleret, Jadi Langganan Hotel Berbintang
- bantulkab.go.id
Yogyakarta, WISATA – Kerja keras Muhammad Abu Arifaini, warga RT 03, Trayeman, Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, kini membuahkan hasil.
Ia sukses menekuni bidang usaha produk aksesoris interior dengan material kayu dan MDF (Medium Density Fiberboard) yang dikombinasi dengan logam, stainless, kaca hingga anyaman daun pandan.
Mengusung brand Abu Production, usaha yang dirintis sejak tahun 1997 itu, memasarkan berbagai produk kerajinan seperti perabot dapur, box, pen holder, vas bunga, dan suvenir.
85% proses produksi dikerjakan di bengkelnya sendiri, terutama bagian finishing, untuk menjaga kualitas produknya.
Bekal ilmu yang ia miliki saat menjadi murid SMK jurusan Kerajinan Kayu dan pendidikan di Perguruan Tinggi Jurusan Seni Rupa Kriya Kayu, membawa Abu mantap untuk mengembangkan usahanya hingga kini, selama 27 tahun.
“Awal mula memang dari pengalaman ilmu waktu SMK Kriya, lalu sejak kuliah juga Seni Kriya, kita tahun 1997 mulai merintis, awal mula memang manual, dengan perkembangan zaman, kita rubah sekarang lebih banyak mesinnya supaya kapasitasnya lebih banyak,” ujar Abu.
Seiring pesanan yang semakin banyak, Abu telah mengembangkan model produksinya dengan menggunakan CNC (Computer Numerical Control) agar lebih praktis.
“Kami mengerjakan barang sesuai dengan desain pemesan dan mengembangkan desain sendiri,” katanya.
Dibantu dengan lima orang karyawannya, Abu telah memiliki konsumen tetap dari para pengusaha hotel berbintang hingga instansi pemerintah maupun swasta.
“Kita juga sekarang juga lebih banyak bermitra dengan usaha yang kita harapkan memang bisa continue, jadi misal ada pabrik kopi, teh, cerutu yang tiap bulan, biasanya dia butuh packaging, nah ini biasanya bermitra dengan kita lebih dari sepuluh tahun,” ungkapnya.
Abu memang menarget segmentasi pasarnya untuk kalangan menengah ke atas.
Tentu, hal ini diimbangi dengan produknya yang memberikan jaminan kualitas dan kerumitan produk yang lebih unggul.
“Ciri khas produk kita, di tingkat kualitas dan kerumitan produk. Karena pangsa pasar kita memang menengah ke atas, jadi harganya memang agak tinggi, rata-rata hotel yang masuk ke kita juga biasanya hotel bintang empat-lima,” jelas Abu.
Terkait pemasaran, bagi Abu, media sosial tidak begitu berpengaruh.
Ia lebih suka mengikuti pameran, sehingga pembeli akan datang dan melihat barangnya secara langsung.
Dari situlah, konsumen yang puas dengan produknya akan memesan ulang dan dengan sendirinya terbentuk hubungan baik.
Dalam istilah Jawa, dikenal dengan "getok tular", model komunikasi berantai yang beredar dengan sendirinya.
“Rata-rata made by order, kita tidak ada stock barang. Pemasaran selama ini kan kita aktif pameran yang difasilitasi Dinas link dengan konsumen, itu nanti akan terbentuk. Di media sosial juga kita ada, tapi hanya branding aja, karena konsumen kalau di medsos hanya membandingkan harga, biasanya tidak tahu kualitasnya. Tapi kalau melihat barang, pasti oke. Kita bermainnya di kualitas. Getok tular biasanya saya malah dari situ. Dapat rekomendasi dari customer lain, begitu datang ke tempat saya 95% pasti jadi. Yang paling kuat kita, itu,” ungkap Abu.
Bahan baku utama kayu ia datangkan dari Klaten, Jawa Tengah.
Untuk pesanan dengan kombinasi bahan lain, Abu Production juga bermitra dengan IKM lain.
Ia memiliki rekanan kayu di Piyungan, sementara rotan dari Wonosari, dan pandan dari Bangunjiwo dan Tembi.
Meski demikian, proses quality control tetap dilakukan di bengkel Abu Production.
Dalam sebulan, Abu dapat mengantongi omzet rata-rata Rp35 hingga Rp50 juta.
Produk dari Abu Production juga pernah dipasarkan hingga ke Amerika dan Australia.
(Sumber: bantulkab.go.id)