Belajar dari Korea Selatan dan Jepang: Bagaimana Budaya Bisa Menjadi Alat Penetrasi Pasar Global
- Image Creator Bing/Handoko
Mengapa Indonesia Belum Maksimal Memanfaatkan Budaya Lokal Sebagai Alat Penetrasi Pasar?
Sebagai negara dengan kekayaan budaya yang luar biasa, Indonesia memiliki potensi besar untuk menembus pasar internasional melalui budaya. Indonesia memiliki beragam warisan budaya, dari batik hingga angklung, dan juga kekayaan kuliner seperti rendang, nasi goreng, dan sate yang telah dikenal dunia. Namun, upaya Indonesia untuk memanfaatkan budaya sebagai alat penetrasi pasar masih perlu ditingkatkan.
Indonesia memiliki banyak potensi untuk diolah, misalnya industri film yang bisa memperkenalkan budaya lokal. Film seperti Laskar Pelangi atau KKN di Desa Penari sebenarnya punya potensi besar untuk menarik penonton internasional jika didukung oleh promosi yang tepat. Demikian pula dengan musik dan tarian tradisional, seperti gamelan dan tari kecak yang memiliki nilai jual artistik tinggi di mata dunia.
Peran Pemerintah dan Dukungan Ekosistem
Pemerintah Korea Selatan dan Jepang sangat mendukung perkembangan industri budaya di negara mereka melalui berbagai kebijakan dan insentif. Korea Selatan, misalnya, memiliki kebijakan subsidi untuk industri K-pop dan K-drama, serta menyediakan fasilitas produksi yang canggih. Sementara itu, Jepang memberikan dukungan dalam bentuk kemudahan izin distribusi dan promosi budaya pop di luar negeri.
Di Indonesia, pemerintah dapat memulai dengan menyediakan ekosistem yang mendukung bagi para pelaku industri kreatif. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain pengembangan infrastruktur, seperti studio film berstandar internasional, serta penyediaan pelatihan untuk talenta-talenta muda di bidang seni dan budaya. Selain itu, regulasi yang mendorong kerja sama internasional dan mendukung ekspor produk budaya juga sangat penting.
Potensi Kreativitas Anak Muda Indonesia sebagai Kekuatan Baru