JOMO: Tren Wisata Baru Bagi Pengikut Filsafat Stoikisme, Jawaban atas Kejenuhan Sosial Masa Kini
- Image Creator Bing/Handoko
Malang, WISATA - Di tengah kehidupan modern yang semakin bising dan menuntut, muncul fenomena baru yang menarik perhatian banyak orang: Wisata JOMO, atau Joy of Missing Out. Tren ini menawarkan pengalaman berwisata yang berfokus pada kesederhanaan, kedamaian, dan ketenangan—sebuah cara untuk melepaskan diri dari kecemasan sosial dan tekanan untuk selalu "terhubung." Istilah JOMO ini muncul sebagai antitesis dari FOMO (Fear of Missing Out), di mana seseorang merasakan kebahagiaan karena memilih untuk "ketinggalan" atau tidak ikut-ikutan dalam tren sosial. Bagi para pengikut Stoikisme, yang percaya bahwa kedamaian batin dan kebahagiaan dapat ditemukan melalui pengendalian diri dan penerimaan, Wisata JOMO menjadi cara yang tepat untuk menerapkan prinsip-prinsip Stoikisme dalam kehidupan nyata.
JOMO dan Stoikisme: Mencari Kedamaian Batin Melalui Ketenangan
Stoikisme adalah filsafat kuno yang mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati datang dari dalam diri sendiri, bukan dari hal-hal eksternal yang berubah-ubah. Para pengikut Stoikisme percaya bahwa hidup yang baik adalah hidup yang bebas dari gangguan dan kecemasan. Mereka berlatih untuk menerima keadaan tanpa terganggu oleh hal-hal yang berada di luar kendali mereka. Wisata JOMO sejalan dengan ajaran ini, karena wisata ini berfokus pada momen-momen refleksi, kedamaian, dan ketenangan yang jauh dari hiruk-pikuk dunia luar.
Di destinasi-destinasi Wisata JOMO, seperti vila di pegunungan atau kabin di tengah hutan, wisatawan dapat benar-benar merasakan momen kebebasan dari tuntutan sosial. Di tempat-tempat ini, pengunjung dapat menikmati keheningan, menghirup udara segar, dan merasakan kebebasan tanpa harus memikirkan aktivitas di media sosial atau notifikasi yang tiada henti. Bagi para Stoik, konsep ini mencerminkan salah satu prinsip utama Stoikisme yaitu apatheia, kondisi mental di mana seseorang terbebas dari hasrat yang berlebihan dan menerima keadaan apa adanya.
Mengapa Wisata JOMO Menjadi Populer?
Perkembangan teknologi dan media sosial telah memengaruhi cara orang berinteraksi dengan dunia. Di era di mana semua orang berlomba-lomba menunjukkan kehidupan yang sempurna di media sosial, banyak orang merasakan tekanan untuk ikut ambil bagian dalam berbagai kegiatan sosial dan tren, yang sering kali memunculkan kecemasan atau perasaan tertekan. Fenomena FOMO, atau ketakutan akan tertinggal, menjadi salah satu dampak nyata dari tren ini.
Sebagai antitesis, JOMO mengajarkan bahwa kebahagiaan bisa ditemukan dalam kesendirian dan bahwa tidak ada keharusan untuk selalu ikut-ikutan. Dengan konsep ini, wisatawan dapat berlibur tanpa harus merasa cemas akan tren terbaru atau kegiatan orang lain. Justru, mereka bisa menikmati waktu untuk diri sendiri dan memaknai hidup dengan lebih mendalam. Inilah yang menjadikan Wisata JOMO cocok bagi pengikut Stoikisme dan bagi siapa pun yang mencari ketenangan.