MAGELANG: Festival Lima Gunung Jadikan Semut Ireng Inspirasi untuk Dekorasi Alam Ramah Lingkungan

Persiapan Festival Lima Gunung (FLG) XIII tahun 2024
Sumber :
  • beritamagelang.id

Magelang, WISATA Komunitas Lima Gunung kembali menggelar Festival Lima Gunung (FLG) XIII tahun 2024.

Kali ini, konsep tentang instalasi dekorasi alam akan digunakan pada perhelatan FLG XIII.

Penyelenggara memilih semut sebagai tokoh utama dalam instalasi dekorasi alam tersebut.

"Ide awal konsep dekorasinya itu dari sebuah tembang macapat yang liriknya Semut Ireng, Anak-anak Sapi. Itu kan aneh, ketika semut hitam yang ukurannya kecil, punya anak sapi yang ukurannya besar. Tapi itu terjadi. Pas dengan tema kali ini yaitu "Wolak Waliking Zaman Kelakone", bisa dipahami bahwa sesuatu yang tak terduga pun bisa terjadi," ujar Ketua Komunitas Lima Gunung, Sujono (23/9/2024).

Sujono mengatakan hampir seluruh kegiatan FLG, dekorasi panggungnya menggunakan instalasi berbahan dari alam.

Bahkan, replika semut ireng yang akan ditampilkan di atas panggung juga terbuat dari bahan alam yaitu ijuk hitam sebanyak 25 buah.

"Saya sengaja buat replika semut menggunakan bahan alam. Untuk semut yang dibuat dengan bahan bambu, akan saya buat sebanyak-banyaknya 24 buah. Konsepnya semut itu sedang memegang handphone dengan berbagai posisi. Sedangkan satu ekor semut yang berukuran besar, saya buat menggunakan ijuk hitam," jelasnya.

Persiapan Festival Lima Gunung (FLG) XIII tahun 2024

Photo :
  • beritamagelang.id
Sujono menambahkan, 24 semut yang dibuat memegang handphone adalah gambaran kondisi saat ini, ketika manusia sudah sangat bergantung dengan teknologi.

Sedangkan semut besar berwarna hitam, adalah pemimpin yang akan membimbing dan mengingatkan jati dirinya sebagai seekor semut.

"Walaupun banyak semut yang pegang HP, namun tetap ada satu semut hitam yang berukuran besar yang akan mengingatkan mereka, agar tidak lupa terhadap jati dirinya sebagai seekor semut. Semut itu kan terkenal makhluk yang suka gotong-royong, sopan setiap ketemu pasti bersalaman dan masih banyak lagi," imbuhnya.

Sujono membuat instalasi dekorasi berbahan alam sejak tahun 1995.

Bahan-bahan alam yang biasa digunakan untuk membuat instalasi dekorasi adalah bambu, pohon cabe, pohon jagung, akar tembakau, dan jerami.

Bahan-bahan itu dipilih karena tidak akan mencemari lingkungan ketika bahan itu selesai digunakan.

"Ketika sudah selesai perhelatan, bahan dekorasi dari alam ini kan bisa membusuk dan terurai menjadi kompos. Tidak mencemari lingkungan. Berbeda dengan plastik. Sampai bertahun-tahun, kalau plastik itu tidak bisa terurai," katanya.

Dengan instalasi dekorasi alam ini, Sujono juga turut mengajak seluruh masyarakat agar kembali mencintai dan peduli terhadap lingkungan, karena alam bukan hanya milik manusia saat ini, namun juga milik anak cucu kelak.

(Sumber: beritamagelang.id)