Kebahagiaan Itu Bukan Soal Mengejar, Tapi Soal Bersyukur: Filosofi Bijak William B. Irvine

- Cuplikan Layar
Jakarta, WISATA - Banyak orang berpikir bahwa untuk bahagia, mereka harus mengejar sesuatu: kekayaan, kesuksesan, cinta, atau pengakuan. Tapi William B. Irvine, seorang profesor filsafat dari Wright State University dan penulis buku laris A Guide to the Good Life, justru mengatakan hal yang sebaliknya. “Banyak dari kita mengejar kebahagiaan tanpa menyadari bahwa kebahagiaan bukanlah hasil dari mengejar, tapi dari bersyukur,” begitu salah satu kutipan paling mengena dari Irvine yang kini menyebar luas di dunia digital.
Filsafat Stoik yang Dibangkitkan Kembali
Irvine dikenal sebagai tokoh penting dalam gerakan kebangkitan Stoikisme modern. Melalui tulisannya yang lugas dan relatable, ia berhasil menghidupkan kembali ajaran kuno filsuf-filsuf seperti Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius untuk generasi modern yang haus akan ketenangan batin di tengah dunia yang serba cepat dan penuh tekanan.
Bukunya, A Guide to the Good Life, bukan sekadar buku filsafat. Ia adalah panduan praktis untuk hidup bahagia tanpa harus bergantung pada hal-hal eksternal yang tak bisa kita kendalikan.
Mengapa Bersyukur Lebih Penting dari Mengejar
Bagi Irvine, mengejar kesenangan atau pencapaian materi hanya memberikan kepuasan sementara. Sifat manusia yang mudah terbiasa akan selalu meminta lebih. Di sinilah letak kekuatan bersyukur. Dengan bersyukur, seseorang bisa menghargai apa yang telah dimiliki, bukan terus-menerus menginginkan apa yang belum dicapai.
Ia memperkenalkan teknik negative visualization atau visualisasi negatif, sebuah latihan mental di mana seseorang membayangkan kehilangan hal-hal yang mereka cintai — dari pasangan, pekerjaan, hingga kesehatan. Bukan untuk menakut-nakuti, tetapi agar kita bisa menyadari betapa berharganya hal-hal itu dalam hidup kita.