Socrates dan Makna Cinta: Dorongan Jiwa Menuju Kebaikan yang Abadi

Socrates
Socrates
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Malang, WISATA — Di zaman ketika cinta kerap diartikan sebagai perasaan sementara atau sekadar ketertarikan fisik, pemikiran Socrates tentang cinta menawarkan perspektif yang lebih dalam dan menggetarkan.
Ia berkata,
“Cinta adalah keinginan untuk memiliki kebaikan selamanya.”

Kutipan ini tidak hanya mengubah cara kita memandang cinta, tetapi juga memaksa kita untuk bertanya ulang: Apakah cinta yang kita jalani saat ini benar-benar membawa kita pada kebaikan? Atau justru menjauhkan kita darinya?

Siapa Socrates dan Mengapa Pandangannya tentang Cinta Penting?

Socrates (470–399 SM) bukan hanya dikenal sebagai bapak filsafat Barat, tetapi juga sebagai sosok yang berani menggugat makna kehidupan lewat pertanyaan-pertanyaan tajam. Ia percaya bahwa manusia harus hidup dengan kesadaran penuh, dan cinta—bila dipahami dengan benar—adalah jalan menuju pencerahan jiwa.

Pandangannya tentang cinta direkam oleh muridnya, Plato, dalam dialog terkenal berjudul Symposium. Di sana, Socrates menyampaikan ide bahwa cinta bukan sekadar rasa suka, tetapi dorongan spiritual untuk menyatu dengan nilai-nilai abadi: kebaikan, keindahan, dan kebenaran.

Cinta Menurut Socrates: Bukan Milik Tubuh, tapi Jiwa

Socrates menolak gagasan bahwa cinta hanya tentang fisik. Baginya, cinta yang sejati tidak lahir dari nafsu atau keinginan sesaat. Sebaliknya, cinta adalah kerinduan terdalam dari jiwa untuk bersatu dengan kebaikan yang tidak berubah oleh waktu.