Limbah Gedebog Pisang Disulap Jadi Produk Bernilai oleh UMKM Garut dengan Dukungan BRIN

Gedebog (Batang) Pisang
Gedebog (Batang) Pisang
Sumber :
  • IG/nenyybm

Garut, WISATA – Inovasi dari limbah organik kembali diperlihatkan oleh pelaku UMKM di Kabupaten Garut. Gedebog pisang yang selama ini hanya dianggap sampah dan dibuang, kini diolah menjadi produk bernilai oleh UMKM Seratnusa. Usaha lestari yang digawangi oleh delapan perajin perempuan ini memproduksi home decor dan aksesori dari serat pisang.

Namun di balik kreativitas tersebut, tantangan teknis masih dihadapi. Proses ekstraksi serat yang masih semi-manual dinilai menghambat efisiensi dan menyebabkan kualitas serat belum seragam. Masalah lain juga ditemukan dalam pewarnaan alami, yang masih menggunakan ekstrak kentang. Selain mahal, metode ini malah membuat serat menyerupai bubur (pulp) dan mengurangi kualitas hasil akhir.

Melihat potensi sekaligus permasalahan tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pun turun tangan. Melalui program Pendampingan Usaha Mikro Berbasis Iptek (PUMI), solusi teknologi mulai diperkenalkan kepada Seratnusa sejak April 2025. Langkah awal dilakukan melalui identifikasi masalah, kemudian dilanjutkan dengan penerapan teknologi pengepresan dan pewarnaan di Bank Sampah Rapekan, Desa Pakuwon, Kecamatan Cisurupan, Garut pada 3–4 Juli 2025.

Direktur Pemanfaatan Riset dan Inovasi untuk K/L dan UMKM BRIN, Driszal Fryantoni, menyatakan bahwa hasil riset BRIN harus kembali dimanfaatkan oleh rakyat. Ia menekankan pentingnya sinergi lintas lembaga dan dinas agar UMKM seperti Seratnusa bisa naik kelas, meski bantuan BRIN tidak diberikan dalam bentuk alat atau dana.

Apresiasi disampaikan oleh Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan ESDM Kabupaten Garut, Ridwan Effendi. Ia menyebut bahwa pendampingan ini dapat dijadikan percontohan untuk penanganan limbah di desa lain.

Sementara itu, Sukma Surya Kusumah, periset BRIN, melihat potensi besar dari serat pisang dan mengajak Seratnusa berkolaborasi dalam pengembangan produk inovatif ke depan.

Pemilik Seratnusa, Gita, menyatakan kekagumannya. “Saya tidak menyangka ketebalan serat bisa diseragamkan. Pendampingan ini luar biasa,” tuturnya.