Pemikiran Machiavelli: Saat Politik Bertemu Realitas Tanpa Moral

- Image Creator/Handoko
Pesan ini tetap relevan hingga sekarang, terutama dalam era media sosial dan politik pencitraan yang semakin canggih.
Kritik dan Kontroversi
Pemikiran Machiavelli, khususnya dalam The Prince, menuai banyak kritik. Ia dituduh sebagai penyebar amoralitas, bahkan dikaitkan dengan iblis oleh sebagian teolog pada masanya. Istilah “Machiavellian” dalam psikologi modern bahkan digunakan untuk menggambarkan individu yang manipulatif, licik, dan tidak berempati.
Namun, banyak pakar menyatakan bahwa Machiavelli bukanlah penganjur kejahatan, melainkan pengamat jujur atas dunia politik sebagaimana adanya. Ia melihat bahwa idealisme dan moralitas sering kali gagal ketika dihadapkan pada realitas kekuasaan yang kejam.
Pandangan Terhadap Bentuk Pemerintahan
Meskipun The Prince cenderung mendukung otoritarianisme, Machiavelli tidak serta merta menolak bentuk pemerintahan republik. Dalam karyanya yang lain, Discorsi sopra la prima deca di Tito Livio, ia menyatakan kekagumannya pada sistem republik Romawi, di mana hukum dan institusi memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan kekuasaan.
Di sini terlihat bahwa Machiavelli memiliki pandangan yang lebih kompleks—ia tidak mengidealkan satu bentuk kekuasaan, tetapi menilai efektivitas berdasarkan kondisi sosial dan politik yang sedang berlangsung.