Socrates dan Cinta: Filsafat, Pernikahan, dan Istri yang Keras Kepala

- Image Creator/Handoko
Di sisi lain dari kehidupan filosofisnya, Socrates menikahi Xanthippe—seorang perempuan yang konon dikenal sangat vokal, emosional, dan temperamental. Banyak kisah menyebut bahwa Xanthippe sering memarahi Socrates, bahkan di depan umum.
Dalam salah satu cerita populer, Xanthippe dikisahkan pernah menyiram air kotor ke kepala Socrates setelah beradu argumen. Alih-alih marah, Socrates hanya berkata tenang, “Setelah guntur, memang biasanya hujan.” Kalimat ini menjadi simbol bagaimana ia menghadapi konflik rumah tangga dengan tenang dan penuh humor.
Meski sering dikisahkan tidak harmonis, Socrates tidak pernah mencela Xanthippe secara langsung. Ia bahkan menyatakan bahwa memiliki istri seperti Xanthippe adalah pelatihan terbaik untuk menghadapi segala tantangan hidup. Kalau bisa sabar terhadapnya, katanya, maka menghadapi orang lain akan terasa mudah.
Pernikahan Bukan Surga, Tapi Sekolah Jiwa
Bagi Socrates, pernikahan bukan tempat mencari kebahagiaan, tetapi tempat untuk membentuk karakter. Ia pernah berkata:
“Menikahlah. Jika engkau menikahi perempuan yang baik, engkau akan bahagia. Jika menikahi yang buruk, engkau akan menjadi filsuf.”
Kalimat ini memang terdengar sinis, tapi penuh lapisan makna. Socrates menyiratkan bahwa kesulitan dalam hubungan bisa menjadi jalan untuk belajar tentang diri sendiri, tentang kesabaran, tentang memberi, dan tentang bagaimana menghadapi kenyataan tanpa topeng.