Ryan Holiday: “Perasaan Tidak Bisa Dikontrol, tapi Respons Bisa Dikendalikan” – Kunci Stoikisme Menghadapi Gejolak Emosi

- Cuplikan Layar
Malang, WISATA – Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan, manusia sering kali merasa dikendalikan oleh emosinya. Marah, takut, cemas, atau sedih bisa muncul begitu saja, tanpa aba-aba. Namun, filsuf kontemporer dan penulis Stoik terkenal, Ryan Holiday, memberikan sudut pandang yang bijak:
"Perasaan tidak bisa dikontrol, tapi respons bisa dikendalikan."
Pernyataan ini mencerminkan inti dari filosofi Stoikisme, sebuah ajaran kuno yang kini kembali populer karena relevansinya dalam menghadapi kehidupan sehari-hari yang penuh tantangan emosional.
Emosi Adalah Alamiah, Respons Adalah Pilihan
Filosofi Stoik yang dihidupkan kembali oleh Ryan Holiday menekankan bahwa perasaan adalah reaksi otomatis dari tubuh dan pikiran manusia terhadap stimulus luar. Kita tidak bisa menghentikan munculnya rasa marah, kecewa, takut, atau cemas. Tapi kita punya kendali penuh atas cara kita meresponsnya.
“Seorang Stoik tidak mengingkari perasaan, tetapi menyadari bahwa kendali terbesar terletak pada responsnya,” ujar Holiday dalam salah satu sesi wawancaranya.
Dengan kata lain, kita boleh merasa kesal karena perlakuan orang lain, tetapi kita tidak harus membalas dengan kekasaran. Kita bisa merasa takut, tetapi tetap bisa bertindak dengan keberanian.
Resiliensi Emosional Melalui Kesadaran Diri
Ryan Holiday menjelaskan bahwa membangun kekuatan batin untuk merespons dengan bijak dimulai dari kesadaran diri (self-awareness). Ketika emosi muncul, kita perlu mengambil jeda sejenak, mengenalinya, lalu memutuskan bagaimana bertindak.
Dalam The Daily Stoic dan Stillness Is the Key, Holiday menyarankan beberapa latihan mental untuk mengasah respons positif, seperti:
- Jurnal harian: Menulis tentang perasaan yang muncul dan cara meresponsnya secara bijak.
- Latihan napas dalam-dalam: Untuk menciptakan ruang antara stimulus dan respons.
- Refleksi malam hari: Menilai kembali keputusan yang diambil selama hari itu.
Dengan konsistensi, seseorang bisa melatih pikirannya untuk tidak dikendalikan oleh emosi, tetapi untuk mengelola emosi dengan sadar dan penuh tanggung jawab.
Pengaruh Stoikisme di Dunia Modern
Stoikisme yang dipopulerkan kembali oleh Ryan Holiday kini banyak diadopsi oleh kalangan profesional, atlet, pengusaha, hingga seniman sebagai panduan hidup. Prinsip “kita tidak mengontrol perasaan, tapi kita mengontrol respons” digunakan dalam:
- Manajemen konflik di tempat kerja.
- Menghadapi tekanan dalam dunia olahraga.
- Mengendalikan reaksi di media sosial.
- Menavigasi masa-masa sulit dalam kehidupan pribadi.
Dalam sebuah episode podcast, Holiday mengatakan bahwa kesuksesan sejati bukanlah tentang menghindari kegagalan atau emosi negatif, tetapi tentang tetap tenang dan terarah di tengah badai.
Contoh Nyata dalam Kehidupan Sehari-hari
Seorang profesional yang mendapat kritik tajam bisa saja merasa tersinggung, namun dengan pendekatan Stoik, ia memilih merenungkan kritik tersebut secara objektif, lalu mengambil tindakan perbaikan jika perlu—tanpa terbawa amarah atau gengsi.
Begitu pula dalam relasi pribadi, ketika pasangan bertengkar atau terjadi kesalahpahaman, alih-alih membalas dengan emosi, seseorang bisa memilih untuk menunda reaksi, merenung, lalu merespons dengan empati.
Penutup: Pengendalian Diri adalah Kebebasan
Dalam dunia yang tidak selalu bisa kita kendalikan, respons adalah wilayah kekuasaan pribadi yang paling berharga. Ryan Holiday mengajarkan bahwa kekuatan sejati bukanlah menghilangkan emosi, tetapi mampu bertindak dengan bijaksana meski di bawah tekanan emosi.
“Kita tidak bisa mengatur angin, tapi kita bisa mengatur layar.”
Ungkapan ini menggambarkan esensi dari kutipan Holiday: “Perasaan tidak bisa dikontrol, tapi respons bisa dikendalikan.”
Dengan menerapkan prinsip ini, siapa pun dapat hidup lebih damai, lebih produktif, dan lebih bermakna—terlepas dari badai emosi yang datang silih berganti.