Albert Camus: “Forever I Shall Be a Stranger to Myself” – Mengenali Diri dalam Ketidakpastian yang Abadi

- Cuplikan layar
Menerima bahwa kita tidak selalu mengenal diri sendiri bisa membuka ruang untuk tumbuh, untuk bersikap lembut terhadap diri, dan untuk mengizinkan ketidaksempurnaan sebagai bagian dari keberadaan.
Hubungan dengan Orang Lain
Merasa asing terhadap diri sendiri juga bisa menjadi jembatan untuk lebih memahami orang lain. Jika kita bisa mengakui bahwa diri kita sendiri sulit dipahami, maka kita pun akan lebih sabar dan empatik terhadap orang-orang yang berjuang memahami dirinya. Kita semua, pada akhirnya, adalah orang asing dalam perjalanan mengenal diri.
Camus tidak menulis untuk mengisolasi, tetapi untuk menghubungkan. Kutipan ini justru menegaskan bahwa pengalaman menjadi asing bagi diri sendiri adalah sesuatu yang sangat manusiawi—dan justru itu bisa menjadi fondasi solidaritas.
Keberanian dalam Ketidaktahuan
Butuh keberanian untuk mengakui bahwa kita tidak tahu siapa diri kita. Dunia sering kali mengagungkan kepastian, keyakinan, dan kontrol. Tapi Camus memilih jalan yang lebih jujur: ia mengakui bahwa dirinya adalah misteri bagi dirinya sendiri, dan ia tetap hidup dengan keberanian dalam ketidaktahuan itu.
Kita pun bisa meneladani sikap ini. Bukan dengan menyerah pada kebingungan, tapi dengan terus melangkah walau tidak punya semua jawabannya. Menjadi asing bagi diri sendiri bukan akhir dari pencarian, melainkan awal dari kebijaksanaan.