Mengupas The Stoic Mindset (2024) Karya Mark Tuitert: Buku Panduan Hidup dari Seorang Juara

- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA - Di tengah era yang dipenuhi ketidakpastian, tekanan sosial, dan tantangan pribadi, manusia modern terus mencari arah, ketenangan, dan makna hidup yang otentik. Dalam pusaran pencarian tersebut, muncul sebuah karya dari sosok yang tak hanya dikenal sebagai atlet berprestasi dunia, tetapi juga sebagai pemikir kontemporer yang membumi. Buku itu adalah The Stoic Mindset (2024), dan penulisnya adalah Mark Tuitert — peraih medali emas Olimpiade dan pembawa pesan Stoikisme untuk generasi masa kini.
Buku ini bukan sekadar bacaan ringan atau motivasi sesaat. The Stoic Mindset adalah panduan hidup praktis yang menyelami filsafat kuno Stoikisme, dan bagaimana prinsip-prinsip tersebut diterapkan secara nyata oleh seseorang yang telah menghadapi tekanan ekstrem, kemenangan besar, hingga krisis identitas setelah karier olahraga.
Dari Lintasan Es ke Lintasan Batin
Mark Tuitert bukanlah sembarang penulis. Ia adalah pemenang medali emas Olimpiade Vancouver 2010 dalam cabang speed skating nomor 1500 meter. Prestasi ini menempatkannya di puncak dunia olahraga. Namun, di balik kejayaan itu, ia harus menghadapi tekanan internal, cedera, kegagalan, dan pertanyaan eksistensial—“Apa makna dari semua ini?”
Pencarian akan jawaban membawa Tuitert pada filsafat Stoikisme, sebuah warisan pemikiran dari tokoh-tokoh seperti Marcus Aurelius, Seneca, dan Epictetus. Ternyata, ajaran yang lahir ribuan tahun lalu itu justru menjawab banyak persoalan manusia modern: bagaimana menghadapi tekanan, merespons kegagalan, dan tetap teguh pada nilai-nilai hidup di tengah kekacauan dunia luar.
Isi dan Struktur Buku: 10 Prinsip Stoik untuk Hidup Modern
Buku The Stoic Mindset disusun dengan struktur yang lugas namun reflektif. Tuitert menyajikan sepuluh prinsip utama yang ia temukan dari Stoikisme dan aplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari—baik sebagai atlet, ayah, entrepreneur, hingga pembicara publik.
Berikut ringkasan prinsip yang dibahas dalam buku:
1. Kendalikan yang Bisa Dikendalikan
Fokus pada reaksi, bukan pada situasi eksternal.
2. Terima Realitas dengan Jernih
Tidak mengutuk kenyataan, tetapi mengolahnya jadi pelajaran.
3. Hambatan Adalah Jalan
Prinsip Marcus Aurelius: “Apa yang menghalangi jalan, adalah jalan itu sendiri.”
4. Bangun Ketahanan Emosional
Emosi bukan untuk ditolak, tapi dikelola dengan bijak.
5. Hidup Berdasarkan Nilai, Bukan Ekspektasi
Menentukan arah hidup dari dalam, bukan dari tekanan luar.
6. Mengenal Diri Sendiri Secara Jujur
Keberanian untuk mengakui kelemahan adalah kekuatan sejati.
7. Disiplin Harian Lebih Penting daripada Motivasi Sesaat
Keberhasilan dibangun dari rutinitas yang teguh.
8. Syukur dan Kerendahan Hati sebagai Landasan Keseimbangan
Tetap rendah hati dalam kejayaan, tetap bersyukur dalam cobaan.
9. Kegagalan sebagai Guru Terbaik
Tidak ada pembelajaran tanpa kegagalan.
10. Hidup di Saat Ini
Masa lalu telah berlalu, masa depan belum tiba — sekarang adalah satu-satunya waktu yang kita miliki.
Tiap bab disertai dengan kisah pribadi Tuitert, kutipan Stoik klasik, serta latihan reflektif yang bisa langsung diterapkan oleh pembaca.
Mengapa Buku Ini Relevan untuk Siapa Saja?
Buku The Stoic Mindset tidak ditujukan hanya untuk atlet atau pencinta filsafat. Ia menyasar seluruh lapisan masyarakat: karyawan yang stres karena tuntutan pekerjaan, mahasiswa yang cemas akan masa depan, orang tua yang mencari keseimbangan hidup, hingga pemimpin bisnis yang perlu menjaga ketenangan dalam pengambilan keputusan penting.
Relevansi buku ini bertumpu pada kesederhanaannya dalam menyampaikan hal-hal yang mendalam. Tanpa jargon akademik, Tuitert menjembatani filsafat kuno dengan pengalaman kontemporer, menciptakan narasi yang menggerakkan pikiran sekaligus hati.
Dampak Global dan Gerakan Stoik Modern
Sejak diterbitkan oleh Macmillan pada 2024, The Stoic Mindset mendapat sambutan luar biasa. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 10 bahasa dan masuk dalam daftar buku terlaris di Eropa. Di media sosial, kutipan dari buku ini viral, memunculkan tagar seperti #StoicMindset dan #StoicLiving yang menginspirasi jutaan pengguna.
Tuitert kini bergabung dengan barisan pemikir modern seperti Ryan Holiday dan Donald Robertson, yang mempopulerkan Stoikisme sebagai solusi psikologis dan spiritual masa kini. Dalam podcast-nya, webinar, dan sesi pelatihan perusahaan, Tuitert secara konsisten menyampaikan bahwa filsafat bukan hanya untuk berpikir—tapi untuk dijalani.
Filosofi yang Menumbuhkan Keteguhan Batin
Ketika dunia bergerak cepat dan tidak pasti, banyak orang kehilangan arah karena bergantung pada hal-hal eksternal: popularitas, uang, validasi media sosial. Dalam The Stoic Mindset, Tuitert menunjukkan bahwa ketenangan sejati datang dari dalam, dari kesadaran akan kendali, kebajikan, dan kesediaan untuk hidup jujur terhadap diri sendiri.
Ia menekankan bahwa Stoikisme bukan soal membunuh emosi, tapi mengarahkan emosi untuk membangun karakter yang kuat dan penuh kasih. Inilah yang membuat buku ini tidak hanya menyehatkan pikiran, tetapi juga menenangkan jiwa.
Kesimpulan: Sebuah Kompas Hidup untuk Zaman Modern
The Stoic Mindset karya Mark Tuitert adalah lebih dari sekadar buku motivasi atau biografi seorang juara. Ia adalah kompas hidup, yang mengarahkan pembaca untuk menyadari bahwa dalam dunia yang tidak bisa kita kendalikan, kita masih memiliki kekuatan besar: cara kita berpikir, merespons, dan hidup.
Dengan bahasa yang jujur, kisah yang autentik, dan prinsip yang membumi, buku ini pantas menjadi bacaan wajib bagi siapa saja yang ingin menjalani hidup dengan lebih tenang, tangguh, dan bermakna.