Epictetus: Kendalikan Hasrat, dan Kehidupan Akan Memberimu Apa yang Kamu Butuhkan

Epictetus Salah Seorang Filsuf Stoicisme
Epictetus Salah Seorang Filsuf Stoicisme
Sumber :
  • apprendreavivre

Jakarta, WISATA — Di tengah dunia modern yang terus menjejalkan berbagai keinginan dan standar keberhasilan, filsuf Stoik Epictetus memberikan nasihat yang semakin relevan:

“Curb your desire—don’t set your heart on so many things and you will get what you need.”
(Kendalikanlah keinginanmu—jangan terlalu menginginkan banyak hal, dan kamu akan mendapatkan apa yang kamu butuhkan.)

Pesan sederhana ini menyimpan kebijaksanaan mendalam yang bisa menjadi penawar bagi kehidupan yang penuh tekanan, kegelisahan, dan rasa tidak pernah cukup. Di era media sosial, konsumerisme, dan kompetisi, kata-kata Epictetus menawarkan sudut pandang baru tentang kebahagiaan dan pemenuhan sejati.

Keinginan Tanpa Batas: Sumber Penderitaan

Epictetus, seorang filsuf Stoik yang pernah menjadi budak dan kemudian menjadi guru kebijaksanaan, memahami benar bahwa penderitaan manusia bukan berasal dari apa yang tidak kita miliki, tetapi dari keinginan kita yang tak terbatas.

Ketika seseorang terlalu banyak menginginkan, ia akan terperangkap dalam lingkaran tak berujung: selalu merasa kurang, tidak puas, dan terus membandingkan diri dengan orang lain. Inilah yang membuat banyak orang kehilangan ketenangan jiwa, meskipun secara materi telah berkecukupan.

Menurut Epictetus, dengan mengendalikan keinginan dan menyederhanakan hati, kita justru akan memperoleh apa yang benar-benar dibutuhkan — bukan sekadar keinginan sementara yang memuaskan ego sesaat.

Filosofi Stoik dan Jalan Menuju Kecukupan

Stoisisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukan berasal dari dunia luar, tetapi dari bagaimana kita mengatur pikiran dan sikap batin. Dalam ajaran ini, seseorang dianggap bijaksana bila ia tahu membedakan antara hal yang bisa dikendalikannya dan hal yang tidak.

Keinginan termasuk hal yang bisa dikendalikan. Dan dengan melatih diri untuk tidak mengharapkan terlalu banyak, seseorang akan membebaskan dirinya dari frustrasi dan iri hati.

Seperti Epictetus nyatakan, ketika kita berhenti menetapkan hati pada terlalu banyak hal, kita akan lebih mudah melihat dan bersyukur atas apa yang sudah kita miliki — dan pada akhirnya, merasa cukup.

Dunia Konsumerisme dan Ilusi Kebahagiaan

Hari ini, kita hidup dalam dunia yang mendorong kita untuk terus ingin lebih — lebih kaya, lebih terkenal, lebih cantik, lebih sukses. Namun di balik semua itu, muncul paradoks: semakin banyak kita kejar, semakin besar kekosongan yang kita rasakan.

Para filsuf Stoik sudah lama memperingatkan tentang jebakan ini. Epictetus, meskipun hidup sederhana dan tanpa harta benda mewah, mampu mengajarkan ribuan orang tentang kebebasan batin dan kekayaan sejati.

Kekayaan sejati, menurutnya, bukanlah memiliki segalanya, melainkan tidak menginginkan terlalu banyak.

Relevansi untuk Generasi Masa Kini

Kutipan Epictetus sangat tepat bagi generasi muda yang dibesarkan dalam budaya “FOMO” (fear of missing out) dan pencitraan digital. Dalam masyarakat yang terus meneriakkan “lebih cepat, lebih banyak, lebih hebat,” muncul kelelahan batin yang merajalela.

Kembali pada prinsip Stoik bukan berarti menolak semua bentuk ambisi, tetapi mengarahkannya dengan bijaksana. Ketika kita tahu kapan harus berkata cukup, kita akan lebih damai dan fokus menjalani hidup dengan makna.

Penutup: Kurangi Ingin, Tambah Syukur

Kebahagiaan tidak harus dikejar lewat banyaknya pencapaian atau barang yang dimiliki. Terkadang, cukup dengan menyederhanakan keinginan, seseorang bisa merasa jauh lebih merdeka.

“Kendalikanlah keinginanmu, dan kamu akan mendapatkan apa yang kamu butuhkan.” – Epictetus

Nasihat ini bukan hanya pengingat filosofis, tetapi juga panduan praktis untuk menjalani hidup yang lebih tenang, lebih bijak, dan lebih bermakna.