Ahli Saraf Menunjukkan Otak Anak-anak Berfungsi secara Berbeda saat Membaca Buku dan Menonton Layar

Ibu dan Anak Membaca Bersama
Ibu dan Anak Membaca Bersama
Sumber :
  • pixabay

Malang, WISATA – Sebuah penelitian baru yang diterbitkan dalam Developmental Science menemukan bahwa aktivitas otak anak-anak prasekolah berbeda ketika mereka dibacakan buku dibandingkan ketika mereka melihat dan mendengarkan cerita di layar. 

Dengan menggunakan teknik neuroimaging yang disebut spektroskopi inframerah dekat fungsional, para peneliti mengamati aktivasi yang lebih besar di belahan otak kanan selama membaca buku secara langsung, terutama di wilayah yang terlibat dalam pemahaman sosial, sementara waktu menonton layar menghasilkan aktivitas yang lebih seimbang di kedua belahan otak.

Membacakan buku untuk anak kecil berperan penting dalam mendukung perkembangan bahasa dan pertumbuhan otak. Membaca buku menawarkan kesempatan bagi anak untuk mendengar bahasa yang kaya, mempelajari struktur cerita, membangun kosakata dan terlibat dalam interaksi sosial dengan pengasuh. 

Sebaliknya, muncul kekhawatiran tentang dampak waktu menonton layar, karena banyak penelitian mengaitkan paparan layar yang tinggi dengan keterlambatan bahasa dan koneksi yang lebih lemah di area otak yang penting untuk literasi.

Meskipun penelitian terdahulu telah menunjukkan perbedaan besar antara membaca buku dan media layar dalam hasil belajar anak-anak, lebih sedikit penelitian yang secara langsung membandingkan apa yang terjadi di otak selama kedua aktivitas ini. Para peneliti bertujuan untuk mengisi kesenjangan ini dengan mengukur aktivitas otak selama membaca langsung dan mendongeng berbasis layar pada anak-anak prasekolah.

Para peneliti berfokus pada wilayah otak tertentu yang terlibat dalam bahasa, pemahaman naratif dan kognisi sosial, termasuk girus frontal inferior dan tengah, girus temporal superior dan tengah dan persimpangan temporal parietal. Tim menganalisis perbedaan aktivasi di belahan kiri dan kanan selama setiap kondisi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa membaca buku secara langsung menghasilkan aktivasi yang lebih besar di persimpangan temporal parietal kanan, area otak yang terkait dengan proses sosial seperti perhatian bersama dan memahami pikiran orang lain. Aktivasi di area ini signifikan selama kondisi membaca buku tetapi tidak selama kondisi waktu menonton layar. Di seluruh area minat yang lebih luas, respons otak selama membaca buku lebih kuat di belahan otak kanan daripada di kiri, yang menunjukkan pola lateralisasi ke kanan. Sebaliknya, respons otak selama waktu menonton layar relatif merata di kedua belahan otak, tidak menunjukkan lateralisasi yang kuat.

Temuan tersebut menunjukkan bahwa membaca buku secara langsung dapat melibatkan anak-anak prasekolah dalam proses kognitif yang lebih berorientasi sosial dibandingkan dengan waktu menonton layar sendirian. Membaca buku dapat mendorong anak-anak untuk fokus pada emosi, niat, dan perhatian bersama pembaca terhadap buku, yang semuanya melibatkan jaringan otak belahan kanan. Sebaliknya, bercerita melalui layar mungkin melibatkan pemrosesan bahasa yang lebih terisolasi, kurang bergantung pada keterlibatan sosial.

Meskipun pola-pola ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa membaca buku bermanfaat bagi perkembangan bahasa dan sosial, penelitian ini juga menyoroti nuansa-nuansa penting. Misalnya, respons yang terarah ke kanan selama membaca langsung mungkin mencerminkan kepekaan anak-anak terhadap suara manusia, ekspresi wajah dan interaksi sosial, meskipun interaksi membaca itu sendiri agak terprogram dan terkendali dalam penelitian ini.

Para peneliti juga mencatat bahwa sifat terstruktur dari tugas membaca buku yang dirancang untuk meminimalkan variasi antar peserta mengurangi aspek percakapan alami dari interaksi membaca yang umum antara orang tua dan anak. Penelitian selanjutnya dapat meneliti aktivitas otak selama sesi membaca yang lebih alami yang mencakup percakapan bolak-balik dan ekspresi emosi.

Selain itu, meskipun penelitian menunjukkan pola aktivasi otak yang berbeda antara membaca buku dan waktu menonton layar, penelitian tersebut tidak secara langsung mengukur hasil pembelajaran bahasa anak-anak. Penelitian di masa mendatang dapat menyelidiki apakah perbedaan saraf ini terkait dengan peningkatan kosakata, pemahaman atau keterampilan akademis di kemudian hari.

Meskipun ada keterbatasan ini, penelitian ini menambahkan bukti baru yang penting untuk pemahaman tentang bagaimana berbagai pengalaman awal membentuk fungsi otak. Penelitian ini memperkuat temuan sebelumnya bahwa interaksi sosial selama paparan bahasa penting bagi perkembangan otak anak-anak. Aktivitas langsung dan bersama seperti membaca buku tampaknya melibatkan sistem otak yang terlibat dalam memahami orang lain dan memproses isyarat sosial yang kompleks, yang dapat memberi anak-anak dasar yang lebih kuat untuk komunikasi dan pembelajaran di kemudian hari

Malang, WISATA – Sebuah penelitian baru yang diterbitkan dalam Developmental Science menemukan bahwa aktivitas otak anak-anak prasekolah berbeda ketika mereka dibacakan buku dibandingkan ketika mereka melihat dan mendengarkan cerita di layar. 

Dengan menggunakan teknik neuroimaging yang disebut spektroskopi inframerah dekat fungsional, para peneliti mengamati aktivasi yang lebih besar di belahan otak kanan selama membaca buku secara langsung, terutama di wilayah yang terlibat dalam pemahaman sosial, sementara waktu menonton layar menghasilkan aktivitas yang lebih seimbang di kedua belahan otak.

Membacakan buku untuk anak kecil berperan penting dalam mendukung perkembangan bahasa dan pertumbuhan otak. Membaca buku menawarkan kesempatan bagi anak untuk mendengar bahasa yang kaya, mempelajari struktur cerita, membangun kosakata dan terlibat dalam interaksi sosial dengan pengasuh. 

Sebaliknya, muncul kekhawatiran tentang dampak waktu menonton layar, karena banyak penelitian mengaitkan paparan layar yang tinggi dengan keterlambatan bahasa dan koneksi yang lebih lemah di area otak yang penting untuk literasi.

Meskipun penelitian terdahulu telah menunjukkan perbedaan besar antara membaca buku dan media layar dalam hasil belajar anak-anak, lebih sedikit penelitian yang secara langsung membandingkan apa yang terjadi di otak selama kedua aktivitas ini. Para peneliti bertujuan untuk mengisi kesenjangan ini dengan mengukur aktivitas otak selama membaca langsung dan mendongeng berbasis layar pada anak-anak prasekolah.

Para peneliti berfokus pada wilayah otak tertentu yang terlibat dalam bahasa, pemahaman naratif dan kognisi sosial, termasuk girus frontal inferior dan tengah, girus temporal superior dan tengah dan persimpangan temporal parietal. Tim menganalisis perbedaan aktivasi di belahan kiri dan kanan selama setiap kondisi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa membaca buku secara langsung menghasilkan aktivasi yang lebih besar di persimpangan temporal parietal kanan, area otak yang terkait dengan proses sosial seperti perhatian bersama dan memahami pikiran orang lain. Aktivasi di area ini signifikan selama kondisi membaca buku tetapi tidak selama kondisi waktu menonton layar. Di seluruh area minat yang lebih luas, respons otak selama membaca buku lebih kuat di belahan otak kanan daripada di kiri, yang menunjukkan pola lateralisasi ke kanan. Sebaliknya, respons otak selama waktu menonton layar relatif merata di kedua belahan otak, tidak menunjukkan lateralisasi yang kuat.

Temuan tersebut menunjukkan bahwa membaca buku secara langsung dapat melibatkan anak-anak prasekolah dalam proses kognitif yang lebih berorientasi sosial dibandingkan dengan waktu menonton layar sendirian. Membaca buku dapat mendorong anak-anak untuk fokus pada emosi, niat, dan perhatian bersama pembaca terhadap buku, yang semuanya melibatkan jaringan otak belahan kanan. Sebaliknya, bercerita melalui layar mungkin melibatkan pemrosesan bahasa yang lebih terisolasi, kurang bergantung pada keterlibatan sosial.

Meskipun pola-pola ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa membaca buku bermanfaat bagi perkembangan bahasa dan sosial, penelitian ini juga menyoroti nuansa-nuansa penting. Misalnya, respons yang terarah ke kanan selama membaca langsung mungkin mencerminkan kepekaan anak-anak terhadap suara manusia, ekspresi wajah dan interaksi sosial, meskipun interaksi membaca itu sendiri agak terprogram dan terkendali dalam penelitian ini.

Para peneliti juga mencatat bahwa sifat terstruktur dari tugas membaca buku yang dirancang untuk meminimalkan variasi antar peserta mengurangi aspek percakapan alami dari interaksi membaca yang umum antara orang tua dan anak. Penelitian selanjutnya dapat meneliti aktivitas otak selama sesi membaca yang lebih alami yang mencakup percakapan bolak-balik dan ekspresi emosi.

Selain itu, meskipun penelitian menunjukkan pola aktivasi otak yang berbeda antara membaca buku dan waktu menonton layar, penelitian tersebut tidak secara langsung mengukur hasil pembelajaran bahasa anak-anak. Penelitian di masa mendatang dapat menyelidiki apakah perbedaan saraf ini terkait dengan peningkatan kosakata, pemahaman atau keterampilan akademis di kemudian hari.

Meskipun ada keterbatasan ini, penelitian ini menambahkan bukti baru yang penting untuk pemahaman tentang bagaimana berbagai pengalaman awal membentuk fungsi otak. Penelitian ini memperkuat temuan sebelumnya bahwa interaksi sosial selama paparan bahasa penting bagi perkembangan otak anak-anak. Aktivitas langsung dan bersama seperti membaca buku tampaknya melibatkan sistem otak yang terlibat dalam memahami orang lain dan memproses isyarat sosial yang kompleks, yang dapat memberi anak-anak dasar yang lebih kuat untuk komunikasi dan pembelajaran di kemudian hari