Epictetus dan Pelajaran Kemandirian Emosional: “Tak Seorang Pun Bisa Menyakitimu Kecuali Kamu Mengizinkannya”

- Image Creator Grok/Handoko
Jakarta, WISATA – "Tak seorang pun bisa menyakitimu kecuali kamu mengizinkannya," ujar Epictetus, seorang filsuf Stoik yang hidup sebagai budak sebelum menjadi guru besar kebijaksanaan. Dalam kalimat pendek namun sarat makna ini, Epictetus menyoroti inti dari kebebasan sejati: penguasaan atas diri sendiri.
Kutipan ini mungkin terdengar radikal dalam dunia yang sarat konflik emosional, di mana kata-kata tajam, perlakuan buruk, atau bahkan komentar di media sosial bisa melukai harga diri seseorang. Namun bagi Epictetus, luka batin bukan berasal dari luar, melainkan dari cara kita memilih untuk menanggapinya.
Kekuatan di Tangan Kita Sendiri
Filsafat Stoik mengajarkan bahwa kita tidak memiliki kendali atas apa yang dilakukan orang lain, namun kita sepenuhnya memiliki kendali atas respons kita. Maka, ketika seseorang bersikap kasar, meremehkan, atau menyakiti kita, sesungguhnya mereka tidak bisa melukai kita—kecuali kita memberi mereka izin masuk ke batin kita.
Epictetus percaya bahwa penderitaan emosional muncul bukan dari peristiwa itu sendiri, tapi dari penilaian kita terhadap peristiwa itu. Dengan kata lain, bukan hinaan yang menyakitkan, tetapi keyakinan bahwa hinaan itu benar atau berarti sesuatu tentang diri kita.
Relevansi di Era Media Sosial
Dalam era digital saat ini, komentar negatif di media sosial dapat memicu krisis harga diri. Namun kutipan Epictetus memberi perspektif yang menyegarkan: kita tidak harus menerima setiap kritik atau provokasi sebagai kebenaran. Kita bisa memilih untuk melihatnya sebagai sekadar suara yang lewat, bukan sebagai vonis atas nilai diri kita.