Marcus Aurelius: Gangguan Sejati Berasal dari Dalam Diri Kita Sendiri

- Image Creator Bing/Handoko
Penelitian psikologi modern membenarkan kebijaksanaan Stoik ini. Konsep cognitive appraisal menyatakan bahwa emosi kita sangat dipengaruhi oleh bagaimana kita menafsirkan kejadian. Ini sejalan dengan prinsip Stoik bahwa kita punya kuasa untuk mengendalikan reaksi emosional kita terhadap peristiwa, meskipun kita tidak bisa mengendalikan peristiwanya itu sendiri.
Dalam dunia kerja, misalnya, tekanan deadline, atasan yang keras, atau lingkungan kerja yang kompetitif bisa menjadi sumber stres. Namun, jika seseorang bisa memisahkan antara apa yang bisa dikendalikan (usaha, waktu kerja, komunikasi) dan yang tidak bisa dikendalikan (sikap atasan, keputusan perusahaan), maka ia akan memiliki ketenangan batin yang lebih besar.
Latihan Stoik Sehari-hari
Menerapkan Stoikisme tidak harus menjadi filsuf atau meninggalkan kehidupan modern. Beberapa cara sederhana untuk mempraktikkannya adalah:
- Latihan Dikotomi Kendali: Bedakan mana yang bisa kamu kontrol dan mana yang tidak.
- Jurnal Refleksi Harian: Tulis peristiwa hari itu dan bagaimana kamu meresponsnya. Evaluasi apakah reaksi itu konstruktif.
- Visualisasi Negatif (Premeditatio Malorum): Bayangkan hal buruk bisa terjadi, bukan untuk jadi pesimis, tapi untuk menyiapkan mental dan tidak mudah terguncang.
- Latihan Diam (Inner Silence): Ambil waktu beberapa menit setiap hari untuk tenang dan mengamati pikiranmu tanpa bereaksi.
Stoik untuk Generasi Digital
Di tengah kehidupan digital yang penuh notifikasi dan ekspektasi sosial yang tak berujung, kutipan Marcus Aurelius mengingatkan kita akan pentingnya inner peace. Bukan berarti kita harus apatis, tetapi agar kita tidak menjadi budak emosi karena hal-hal yang sebenarnya bisa kita atur secara batiniah.