Seneca: "Kesalahan Terbesar Adalah Takut Membuat Kesalahan"
- Image Creator/Handoko
Rasa takut membuat kesalahan sering kali berakar pada ketakutan akan penilaian orang lain atau kegagalan. Sayangnya, rasa takut ini dapat membatasi potensi seseorang. Banyak orang tidak berani mencoba hal baru karena takut diejek atau dikritik. Akibatnya, mereka kehilangan peluang untuk tumbuh dan mencapai hal-hal besar.
Dalam era digital seperti sekarang, di mana media sosial sering kali menjadi cermin penilaian, rasa takut ini semakin besar. Menurut laporan Digital 2023 oleh We Are Social, pengguna media sosial di Indonesia menghabiskan rata-rata 3 jam 18 menit per hari di platform seperti Instagram, Facebook, dan TikTok. Banyak dari mereka merasa tertekan untuk menunjukkan kesempurnaan di dunia maya, sehingga takut untuk terlihat gagal atau membuat kesalahan.
Seneca mengajarkan bahwa ketakutan seperti ini harus dilawan. Ia percaya bahwa hidup yang penuh kebijaksanaan adalah hidup yang tidak takut gagal. Baginya, lebih baik mencoba dan gagal daripada tidak pernah mencoba sama sekali.
Keberanian untuk Mengambil Risiko
Untuk menerapkan ajaran Seneca, langkah pertama adalah membangun keberanian untuk mengambil risiko. Ini tidak berarti bersikap sembrono, tetapi berani melangkah keluar dari zona nyaman. Sebuah survei oleh Harvard Business Review menunjukkan bahwa pemimpin yang sukses adalah mereka yang tidak takut mengambil keputusan sulit, bahkan jika ada risiko kegagalan.
Keberanian untuk mengambil risiko juga terkait dengan pola pikir berkembang (growth mindset). Pola pikir ini mengajarkan bahwa kemampuan seseorang tidak tetap, tetapi dapat berkembang melalui usaha dan pembelajaran. Dengan pola pikir seperti ini, kegagalan dilihat sebagai bagian dari proses menuju kesuksesan.