"Kebenaran Itu Absolut, Tetapi Harus Dicari dengan Kerendahan Hati": Socrates
- Image Creator Bing/Handoko
Jakarta, WISATA - Socrates, filsuf besar dari Athena, telah meninggalkan warisan pemikiran yang melampaui zaman. Salah satu pelajaran paling mendalam yang diajarkannya adalah bahwa kebenaran bersifat absolut, tetapi mencarinya memerlukan kerendahan hati. Ajaran ini tidak hanya menjadi fondasi filsafat Barat, tetapi juga relevan di era modern yang penuh dengan tantangan intelektual dan sosial.
Dengan pendekatan unik yang dikenal sebagai Socratic questioning, Socrates menunjukkan bahwa pencarian kebenaran tidak hanya tentang menemukan jawaban, tetapi juga tentang proses bertanya, mengevaluasi, dan membuka diri terhadap perspektif baru. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi pandangan Socrates tentang kebenaran, kerendahan hati, dan bagaimana ajarannya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kebenaran Itu Absolut, Tapi Prosesnya Tidak Mudah
Bagi Socrates, kebenaran adalah sesuatu yang tidak dapat diubah atau dikompromikan. Namun, ia juga memahami bahwa kebenaran sering kali tersembunyi di balik asumsi, bias, dan kepercayaan yang tidak diuji. Oleh karena itu, ia percaya bahwa pencarian kebenaran adalah perjalanan yang panjang dan penuh tantangan.
Dalam dialog-dialog yang dicatat oleh Plato, Socrates sering kali bertanya kepada lawan bicaranya tentang definisi suatu konsep, seperti keadilan atau kebajikan. Ketika jawaban diberikan, ia dengan rendah hati mengajukan pertanyaan lanjutan untuk mengungkap ketidakkonsistenan atau kekurangan dalam argumen tersebut.
Pendekatan ini tidak dimaksudkan untuk merendahkan orang lain, tetapi untuk mendorong refleksi mendalam. Socrates mengajarkan bahwa kebijaksanaan sejati dimulai dengan pengakuan atas ketidaktahuan diri sendiri, sebuah sikap yang ia gambarkan dengan kalimat terkenal, "Saya tahu bahwa saya tidak tahu apa-apa."
Kerendahan Hati dalam Pencarian Kebenaran