Socrates: Filsuf yang Mengubah Dunia dengan Pertanyaan, Bukan Jawaban
- Image Creator Bing/Handoko
Di era digital yang penuh dengan informasi instan dan opini yang tak terbatas, pendekatan Socrates menjadi lebih penting dari sebelumnya. Kita sering terjebak dalam pola pikir yang dangkal, menerima informasi tanpa menganalisis sumber atau kebenarannya.
Metode Socrates mendorong kita untuk berpikir kritis. Misalnya, ketika membaca berita atau opini di media sosial, kita dapat menerapkan pendekatan ini dengan bertanya:
- Apakah sumber informasi ini dapat dipercaya?
- Apa asumsi yang mendasari argumen ini?
- Adakah bukti yang mendukung klaim ini?
Pendekatan ini juga digunakan dalam pendidikan modern, terutama dalam bidang hukum, filsafat, dan ilmu sosial. Di universitas-universitas terkemuka, metode Socrates menjadi dasar diskusi kelas untuk mengajarkan siswa berpikir analitis dan mempertanyakan asumsi yang ada.
Socrates dan Kebebasan Berpikir
Selain mendorong pemikiran kritis, Socrates juga menjadi simbol perjuangan untuk kebebasan berpikir. Pada masanya, ia sering dianggap sebagai ancaman oleh para pemimpin Athena karena keberaniannya menantang norma dan tradisi. Akibatnya, Socrates diadili dan dijatuhi hukuman mati dengan tuduhan merusak moral generasi muda dan tidak menghormati dewa-dewa Athena.
Namun, kematiannya justru mengukuhkan warisannya sebagai pembela kebenaran dan kebebasan. Dalam konteks modern, semangat Socrates ini tercermin dalam perjuangan melawan sensor, polarisasi, dan disinformasi. Dengan mempraktikkan kebebasan berpikir ala Socrates, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berbasis pada dialog yang sehat.